6

562 64 11
                                    



Jam sudah menunjukkan pukul 20.47 namun suasana di sekolah masih sangat ramai. Hal ini tentu karena malam ini adalah H-2 festival akhir tahun. Setiap klub sibuk dengan persiapan festival terutama klub seni yang memiliki tanggung jawab besar sebagai penampil utama.

Wonwoo sendiri harus rela berulang kali berlarian ke gerbang sekolah bersama Jisoo untuk mengambil pesanan bunga. Mereka memesan berbagai jenis bunga yang kemudian akan mereka rangkai untuk dijadikan dekorasi dan buket. Wonwoo menyerahkan bunga terakhir pada Jisoo yang bertugas menata semuanya di lemari pendingin.

“Apa masih ada yang akan datang, Jisoo-ya?” tanya Wonwoo. Jisoo menggeleng.

“Kurasa ini sudah yang terakhir.”

Wonwoo melihat kearah stage dimana Hanbin tengah serius memperhatikan gladi yang dilakukan oleh para aktor di aula sekolah -tempat dimana pementasan drama dilakukan-. Sesekali dia berteriak memberikan instruksi jika ada sesuatu yang kurang menurutnya. Dia juga berkeliling memeriksa audio dan lighting serta dekorasi panggung. Wonwoo bisa membayangkan betapa melelahkannya bagi para siswa yang berperan secara langsung dalam pementasan. Selain lelah fisik, Wonwoo yakin mental para pemain juga tertekan karena Seulgi juga begitu. Sejak seminggu lalu, intensitas Seulgi mendatangi kamarnya meningkat dua kali lipat membuatnya kadang ingin menutup telinga karena jengah dengan semua keluhan Seulgi.

Perihal Wonwoo yang mengusir Seulgi dari kamarnya tidak menjadi masalah bagi keduanya. Mereka tetap akur seperti biasa. Hanya saja Seulgi lebih menahan diri untuk tidak membicarakan topik mengenai hubungannya dengan Mingyu.

Lamunan Wonwoo berakhir ketika mendengar teriakan Hanbin yang memberitahu mereka untuk beristirahat selama 15 menit. Dia bisa mendengar dengan jelas desah lega dari beberapa pemain. Jam sudah menunjukkan pukul 9 tepat.

Seulgi menutup naskah di tangannya kemudian menyandarkan kepalanya di bahu Mingyu yang duduk disebelahnya.

“Aku lelah.” Keluhnya.

Mingyu sedikit menolehkan kepalanya untuk melihat Seulgi, “Semuanya juga merasakan itu.”

Seulgi mencebik kemudian mengangguk.

“Ada apa?” tanya Mingyu ketika mendengar hembusan nafas Seulgi.

“Aku rasa aku stress sekarang. Aku ingin waktu berjalan lebih lambat jadi kita memiliki lebih banyak waktu untuk berlatih, tapi disaat yang sama aku juga ingin waktu dipercepat agar semua tekanan ini menghilang. Aku rasa aku sudah gila, Mingyu-ya. Bagaimana menurutmu?”

Mingyu tidak menjawab. Dia hanya terkekeh dengan tangan yang mengusak rambut Seulgi gemas.

“Kau tidak menemuinya?” tanya Mingyu kemudian. Seulgi mengikuti arah tatapan Mingyu dan menemukan Wonwoo yang tengah sibuk berbicara dengan Hanbin. Dia berani bertaruh Hanbin pasti meminta Wonwoo membawakan beberapa jenis tanaman untuk dekorasi, terlihat dari tangan adiknya yang sibuk mencatat di note kecilnya. Sesekali Wonwoo terlihat menanyakan sesuatu.

“Dia sibuk. Lagipula aku terlalu lelah untuk menggerakkan kakiku.”

Dua manusia itu terdiam dengan tatapan terarah pada satu objek yang kini sibuk berbicara dengan seorang gadis yang lebih pendek darinya.

“Mingyu-ya, apa kau masih bertengkar dengan Wonwoo?”

Mingyu menolehkan kepalanya cepat ketika mendengar pertanyaan Seulgi, “Apa maksudmu? Kami baik-baik saja.”

Seulgi menjauhkan kepalanya dari pundak lebar Mingyu, “Mingyu-ya, aku memang kadang tidak peka, tapi aku tidak bodoh. Saat dia mendiamkanku, dia juga mendiamkanmu, bukan? Anehnya dia tetap tidak menyapamu meskipun dia sudah berbaikan denganku. Tapi entah kenapa selama beberapa minggu terakhir hubungan kalian menjadi jauh lebih buruk. Aku sudah ingin menanyakan ini sejak lama, tapi aku selalu menahannya.” Seulgi menatap intens Mingyu yang juga menatapnya, “Mingyu-ya, apa kau melakukan sesuatu yang membuat Wonwoo marah?”

SequoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang