Pagi yang dingin di pertengahan bulan Desember. Matahari yang bersembunyi di ufuk timur hanya menampakkan bias kekuningan yang berpadu lembut dengan langit biru yang suram. Korea Selatan saat ini memang berada di puncak musim dingin membuat para warganya enggan beranjak dari kasur yang hangat.
Namun sepertinya itu tidak berlaku untuk pemuda manis yang kini tengah sibuk memasak di dapur. Tangannya dengan lincah memotong dan mengolah bahan masakan untuk dihidangkan pada dua penghuni lain di rumah itu. Hari ini memang jadwalnya untuk memasak.
“Selamat pagi, Jungkook-ah.”
Pemuda yang memasak tadi menoleh ketika mendengar sapaan yang ditujukan untuknya. Dia tersenyum ketika melihat sosok yang lebih tua satu tahun darinya sudah terlihat rapi.
“Selamat pagi, Wonwoo Hyung.”
“Ada yang bisa kubantu?”
Jungkook menggelengkan kepala, “Sudah selesai. Kalau Hyung mau, Hyung bisa membawa makanannya ke atas meja.”
Tanpa banyak kata Wonwoo melakukan apa yang Jungkook suruh.
“Si tengil itu belum bangun?”
Wonwoo terkekeh mendengar panggilan yang Jungkook gunakan pada teman serumah mereka yang lain.
“Kenapa mencariku? Rindu?”
Jungkook mencibir mendengar suara dari seseorang yang baru bergabung, “Rindu? Kau pikir kau Dilan? Menggelikan!”
“Kenapa kau sensi sekali? Datang bulan?”
“Wang YiBo, bersikaplah baik selagi aku masih sabar!” Jungkook mengarahkan garpu di tangannya seolah akan menusuk YiBo, sedangkan yang diancam hanya tersenyum miring.
“YiBo-ya, kau ada jadwal hari ini?”
YiBo menggeleng, “Latihanku mulai lagi besok lusa. Jadi aku akan membantu mengurus kafe selama aku libur.”
“Tidak perlu memaksakan diri. Lebih baik kau istirahat.”
“Jangan terlalu baik padanya, Hyung. Dia akan semakin kurang ajar nantinya.”
YiBo mendengus, sedangkan Wonwoo tersenyum.
...
Awal pertemuan mereka bertiga bisa dikatakan unik dan dia masih ingat dengan jelas hari dimana itu semua terjadi.
Dia pertama kali bertemu dengan Jungkook dua tahun lalu di depan sebuah toko 24 jam di daerah Busan sebulan setelah dia hidup berpindah-pindah tempat. Tepat ketika kondisinya sedang sangat tidak baik. Uang tabungan yang dia bawa sudah menipis dan jika terus begitu maka untuk minggu depan dapat dipastikan ia tidak bisa makan. Untuk satu minggu ini saja dia hanya mengandalkan mie instan.
Bukan berarti selama satu bulan itu Wonwoo tidak memiliki keinginan untuk mencari pekerjaan, dia ingin melakukannya hanya saja dia belum mendapatkan tempat yang tepat untuk tinggal setelah memilih pergi dari keluarganya. Alasan kenapa dia terus berpindah-pindah adalah setiap kali dia berada di suatu kota, dia selalu bertemu dengan kenalan dari orang tuanya yang kebetulan pernah melihatnya di Kediaman Jeon. Dan itu juga yang membuatnya entah bagaimana sampai di Busan, kota yang cukup jauh dari Seoul.
“Aku harus mencari pekerjaan lagi. Uangku bahkan sudah tidak cukup untuk makan seminggu kecuali aku menggunakan uang cadangan yang kusimpan untuk keadaan darurat. Dan aku jelas tidak mau melakukan itu. Tapi aku harus mencari tempat tinggal untuk sementara dulu.” gumamnya. Semenjak memilih pergi, dia memunculkan kebiasaan baru yaitu bicara pada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sequoia
FanfictionCerita mereka begitu kompleks. Layaknya SEQUOIA yang memiliki semua huruf vokal dalam katanya. Bagiku, kebahagiaan saudaraku adalah yg terpenting, bahkan meskipun itu berarti aku harus terluka. - Jeon Wonwoo Yang mereka lakukan memang keterlaluan...