19

682 69 33
                                    

"Kau sudah datang?" sapa Mingyu ketika netranya menangkap keberadaan Seulgi ketika dia keluar dari kamarnya. Sekedar informasi, dia baru kembali pagi buta tadi dari apartemen Wonwoo.

"Hmm.."

"Apa yang ingin kau bicarakan padaku?"

"Jadi sekarang aku harus memiliki sesuatu untuk dibicarakan jika ingin bertemu dengan tunanganku sendiri?"

Mingyu mengerjap kaget mendengar tuduhan Seulgi, "Apa maksudmu? Bukankah kau sendiri yang.."

Seulgi terkekeh, "Ya, aku yang mengatakan ada sesuatu yang ingin kubicarakan. Aku hanya bercanda, Mingyu-ya. Kenapa kau kaku sekali?"

Mingyu tersenyum canggung.

"Jadi.."

Seulgi meletakkan kotak berukuran sedang yang tadi luput dari perhatian Mingyu keatas meja.

"Apa ini?"

"Barang-barang Wonwoo."

Mingyu mengernyit, "Apa maksudmu memberikan barang Wonwoo padaku?! Apa kau menganggap dia benar-benar pergi hingga membagikan barang-barangnya sesuka hati?!"

Seulgi menggelengkan kepalanya kuat, "Mana mungkin aku melakukan itu! Aku saudara kembarnya! Jika aku diberi kesempatan untuk meminta sesuatu, maka aku akan meminta Wonwoo untuk kembali padaku sekarang juga tanpa ragu."

Mingyu merasa bersalah ketika melihat mata Seulgi berkaca-kaca. Sudah lima hari Wonwoo menghilang tanpa jejak dan itu membuatnya sangat frustasi. Tapi dia sadar tidak seharusnya dia melampiaskan semuanya pada Seulgi, gadis itu pasti merasa jauh lebih frustasi daripada dirinya.

"Maaf. Aku hanya terlalu frustasi saat ini." Pinta Mingyu, "Lalu untuk apa ini?"

"Lihatlah sendiri dan kau akan mengerti."

Meskipun sedikit bingung, Mingyu tetap melakukan seperti yang Seulgi pinta. Dia membuka kotak itu dan sedikit terkejut karena isinya hanya beberapa benda, yaitu pigura berisikan foto Seulgi dan album yang berisi foto-foto berharga bagi Wonwoo serta sebuah benda bening dengan bunga teratai di dalamnya. Mingyu perlu beberapa waktu untuk sadar bahwa benda bening itu adalah bunga teratai yang diawetkan dengan resin.

Mingyu mendongak ke arah Seulgi dengan raut penuh tanya, namun gadis itu hanya memberikan isyarat untuknya terus melihat dan memeriksa.

Pria itu mengangkat pigura berukuran sedang yang berisi foto Seulgi tengah tersenyum. Dibawahnya tertulis 'My Noona' yang ditulis dengan tulisan tangan. Tidak perlu bertanya pun dia bisa tahu bahwa itu tulisan tangan Wonwoo. Bibirnya menyunggingkan senyum.

"Apa dia memajang ini di kamarnya?" Seulgi mengangguk, "Dia sangat menyayangimu."

Seulgi bergumam, "Sangat. Bahkan rasa sayangku padanya tidak bisa dibandingkan."

Mingyu kembali mendongak menyadari suara sedikit sengau. Dan betapa terkejutnya ia ketika melihat wajah Seulgi sudah dipenuhi air mata. Tanpa berpikir dua kali, dia beranjak dan berlutut di depan Seulgi. Tangannya menggenggam tangan gadis itu erat.

"Ada apa? Kenapa kau menangis?"

Seulgi membalas tatapan lembut Mingyu dengan matanya yang basah, "Aku sangat jahat, bukan?"

"Kenapa kau mengatakan itu?"

"Karena selama ini aku sudah buta pada kesedihan Wonwoo. Aku begitu fokus pada diriku sendiri hingga tidak peduli sama sekali padanya."

Mingyu masih belum mengerti alasan kenapa Seulgi menangis bahkan setelah Seulgi mengatakan itu semua.

"Aku belum mengerti." Akunya.

SequoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang