.
.
.
.
.
"Aku ada disana saat foto ini diambil."
Kali ini fokus Mingyu teralih pada Jun sepenuhnya.
"Minghao mengajakku menonton MotoGP kemarin. Dan aku bertemu sosok yang mirip dengan Wonwoo disana. Kupikir mereka hanya mirip sebelum tanpa sengaja aku mendengar namanya dipanggil oleh pria di sebelahnya." Jun memberi jeda, memperhatikan reaksi Mingyu, "Sayangnya ketika aku akan menyapa, dia dan kedua temannya lebih dulu berlari menghampiri pembalap ini, Wang YiBo. Dan mereka bicara beberapa saat kemudian momen di berita ini terjadi."
"Kau tahu itu tidak menghiburku sama sekali."
Jun memutar bola matanya jengah kemudian berucap sinis, "Aku memang tidak bermaksud menghiburmu. Kau pantas disiksa setelah apa yang kau lakukan pada Wonwoo."
Mingyu ikut merotasikan bola matanya.
"Kalau kau hanya ingin menambah penderitaanku, lebih baik kau keluar."
Jun terkekeh. Alih-alih keluar dia justru mendudukkan dirinya dengan nyaman di sofa yang tersedia di ruangan Mingyu, "Kenapa kau sensitif sekali? Aku hanya ingin mengatakan jangan terlalu terpengaruh pada berita seperti ini. Percaya padaku, mereka tidak memiliki hubungan apapun."
"Apa kau berubah profesi dari pebisnis menjadi peramal?" sinis Mingyu.
Jun berdecak, "Percaya saja padaku."
Alih-alih membalas dengan sinis seperti yang ia lakukan sebelumnya, kali ini Mingyu justru terkekeh ringan, "Aku tidak tahu mana yang lebih baik. Percaya atau tidak percaya. Karena bagiku dua-duanya sama saja."
Jun menatap sahabatnya itu intens, "Setidaknya kau masih memiliki harapan kalau kau memilih untuk tidak mempercayainya."
Kekehan Mingyu kembali terdengar, kali ini ada sedikit nada sarkas di dalamnya, "Lalu apa? Bagaimana jika itu semua benar? Aku hanya menyenangkan diriku dengan tidak mempercayainya. Apa gunanya aku memiliki harapan kalau pada akhirnya tidak akan ada yang berubah?"
"Kenapa kau tiba-tiba menjadi orang dengan pemikiran negatif begini?" tanya Jun heran, "Kemana Mingyu yang keukeuh mempertahankan perasaannya meskipun kami memintanya untuk berpindah ke lain hati?"
Mingyu terdiam memikirkan kalimat Jun kemudian menghembuskan nafas dengan kepala bersandar di sandaran kursi kerjanya, "Aku tidak tahu. Aku... lelah, mungkin."
"Kau ingin menyerah?"
Sunyi.
Keduanya tenggelam dalam hening untuk beberapa waktu. Mingyu yang sibuk memikirkan jawaban atas pertanyaan Jun dan Jun yang menunggu jawaban dari pria di depannya.
"Aku.."
"Sekedar berjaga-jaga aku ingin bilang kalau kau menyerah hanya karena ini aku tidak akan segan untuk menghajarmu!" potong Jun sebelum Mingyu sempat mengutarakan jawabannya, "Karena dua tahun yang kau lalui sama sekali tidak ada apa-apanya dibanding dengan enam tahun yang dilalui Wonwoo."
Mingyu menatap Jun heran, "Bukankah kalian yang memintaku untuk berpindah hati dan melepaskan Wonwoo? Ucapanmu tadi sama sekali berbeda dengan apa yang kau katakan dulu."
"Karena situasinya berbeda."
"Apa bedanya?" tukas Mingyu. "Huh? Bukannya sama saja? Intinya aku tidak bisa bersamanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sequoia
FanfictionCerita mereka begitu kompleks. Layaknya SEQUOIA yang memiliki semua huruf vokal dalam katanya. Bagiku, kebahagiaan saudaraku adalah yg terpenting, bahkan meskipun itu berarti aku harus terluka. - Jeon Wonwoo Yang mereka lakukan memang keterlaluan...