OーOverthinking

1.1K 306 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




     Satu sifat buruk yang tidak disukai Winter dari Jaehyuk, overthinking. Meski bukan tanpa alasan, tapi tetap saja itu berdampak tidak baik bagi Jaehyuk.

Awal-awal Winter dekat dengan Jaehyuk, gadis berambut panjang itu tidak tahu kebiasaan buruk lelaki itu. Karena dilihat dari cara Jaehyuk mencoba menarik perhatiannya, Jaehyuk tidak menunjukkan tanda-tanda yang selalu overthinking. Malahan kelewat positiv thinking.

Tapi suatu hari Jaehyuk pernah menghindarinya, menjadi pendiam bahkan saat Winter melontarkan candaan soal Jaehyuk kehabisan ide untuk menarik perhatiannya, Jaehyuk marah besar padanya.

"Halo Juan? Kenapa?" sapa Winter begitu mengangkat panggilan dari Jaehyuk tengah malam ini.

"Kyra, aku hidup ko ya cuman jadi beban keluarga aja ya." jawab Jaehyuk dari sebrang telfon.

Lagi. Ini ketiga kalinya dalam 2 minggu terakhir Jaehyuk menelpon Winter dan mengatakan hal yang sama.

"Ngga lah sayang. Kamu kenapa? Kepikiran lagi?" tanya Winter lembut sembari menarik selimutnya untuk menutupi kaki dan bersandar pada headboard.

"Papa marahin Mama lagi karena aku."

Satu kalimat dari Jaehyuk mampu membuat Winter terdiam. Airmukanya menjadi khawatir.

Bukan rahasia baginya kalau keluarga sang pacar sedang tidak baik-baik saja. Dan itu berdampak pada kebiasaan buruk Jaehyuk.

Di rumahnya, Jaehyuk bangkit dari tidurnya di sofa kamar. Dirinya menatap sambungan telfon degan Winter dengan raut cemas dan kalut.

Tidak ada jawaban dari pacarnya itu, membuat dirinya makin dipenuhi banyak fikiran.

"Maaf aku ngerepotin kamu demgan denger masalah aku malem-malem gini Kyra. Yaudah aku tutup kalau gitu, janー"

"ㅡkamu gapapa?" tanya Winter.

Jaehyuk terdiam. Jelas dia ga baik-baik aja. Perlahan air mata turun. Jaehyuk mati-matian menahan isakannya.

Brak

Suara benda jatuh dari luar kamarnya membuatnya menoleh seketika.

"Bentar Ra aku kunci pintu dulu." pamitnya segera berjalan cepat kearah pintu kamarnya.

Samar dia mendengar percekcokan orangtuanya ketika membuka sedikit pintu kamarnya. Tak mau mendengar lebih jauh, Jaehyuk segera menutup dan mengunci pintu kamarnya. Walaupun perasaan cemas akan keadaan Mamanya memenuhi kepalanya.

"Halo Kyra." sapanya setelah kembali duduk di sofa.

"Halo Juan. Kamu gapapa kan?" tanya Winter.

"Ngga. Aku ga baik-baik aja." jawab Jaehyuk. Percuma juga bohong pada Winter, ga akan bikin fikirannya jadi jernih.

"Semua gara-gara aku sih. Coba aku ga iyain permintaan Mama buat ikut sama Papa tiri aku." kata Jaehyuk. Matanya menatap foto keluarga yang dia pasang di dinding.

"Coba aku ga ikut kesini, mungkin Mama ga akan kena bentak Papa aku lagi karena keputusan dia bawa aku ke rumah ini yang bikin anaknya pergi dari rumah karena ga suka aku ikut kesini." tambahnya.

Tak ada sahutan dari Winter, seolah paham Jaehyuk cuman butuh di dengarkan sekarang. Bukan diberi kata-kata yang kadang hanya terlihat mudah dan indah padahal sulit dilakukan.

"Hidup aku kayaknya cuman buat ngerepotin orang. Sekarang aja aku ngerepotin kamu, bangunin kamu tengah malem." tambahnya.

"Buat apa aku lahir kalau ga ada gunanya gini. Tapi mati juga aku takut, aku belum bisa balas semua pengorbanan orangtua aku." lanjut Jaehyuk.

"Apa aku cari kosan aja ya Ra? Tapi aku ga tega ninggalin Mama sendirian, aku takut Mama kena pukul Papa kaya minggu kemarin." Winter mengigit bibirnya di sebrang sana, menahan isakan yang keluar.

Dia ga mungkin ikutan nangis, nanti siapa yang mau hibur Jaehyuk.

"Aku ga tau harus gimana Juan. Aku tahu berat banget buat kamu tinggal disana dan jagain Mama kamu dari Papa kamu. Tapi satu hal yang pasti kamu ga salah. Sama sekali ga salah."

"Setiap orang punya tujuan dan alasan kenapa dilahirkan. Kamu sama sekali ga ngerepotin orang. Kamu berguna Juan bagi orang lain, terutama buat aku. Jadi stop mikir kaya gitu." jawab Winter. Suaranya bergetar, tak mampu menahan rasa sakit yang mungkin tak seberapa dari rasa sakit Jaehyuk.

"Sekarang tidur ya. Aku nyanyiin mau ga? Tapi kamu janji harus tidur. Nanti kamu sakit, ya sayang?" tanya Winter halus dari sebrang telpon.

Jaehyuk terisak, rasa hangat perlahan memenuhi dadanya. Hanya kata-kata sederhana dari Winter mampu membuatnya merasa tidak sendirian.

"Nyanyiin lagu 3 bears tapi ya?" pinta Jaehyuk.

Winter terkekeh, "Iya, dasar duta beruang." cibir Winter.

Jaehyuk tertawa sembari mengusap air matanya yang membasahi pipi.

Baginya Winter bukan sekedar pacar. Tapi juga teman, keluarga dan obatnya ketika rasa overthinking memenuhi kepalanya hingga sakit.



ー𝕒 𝕥𝕠 𝕫ー



Viss gais✌🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Viss gais✌🏻

+maaf kalau ada yg kesinggung, tapi ini sekedar pengalaman maskud selama ini😊

ーsandenim

A to Z | TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang