Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Siang itu Ningning berjalan menyusuri selasar menuju kantin. Ditangannya ada kotak bekal berukuran besar. Dia rela bawa bekal yang cukup berat itu karena permintaan Yedam.
Kalau bukan Yedam yang ngelunjak minta langsung ke Mamanya pas kemarin dia nganterin Ningning, mana mau Ningning bawa bekal segede itu ke kampus.
"Nih." kata Ningning sembari meletakkan kotak bekal di hadapan Yedam yang nampak fokus pada ponselnya.
"Wii mama mertua emang pengertian." kata Yedam sambil membuka kotak bekal berwarna ungu pink itu.
"Mama mertua alis lo belang." cibir Ningning.
Yedam cuman terkekeh terus ngambil sendok dan satunya dia berikan pada Ningning. Dengan wajah cemberut gadis itu mengambil sendok dari tangan Yedam.
"Enak banget masakan Mama." puji Yedam.
"Lo gausah so akrab deh, pake panggil Mama segala. Siapa lo?" ketus Ningning.
"Gue? Banyu Dhefin Pamungkas calon menantu Mamanya Zeline Gianina Maheswari." kata Yedam penuh percaya diri.
"Ngimpi lo anjir, mana mau gue sama buaya kaya lo." kesal Ningning.
"Yaampun sabar dong neng, ambekan mulu. Kan gue udah bilang jangan galak-galak gue gamau jadi cowok takut pacar." jawab Yedam dengan senyum jahil andalannya.
Ningning menghela nafas, "Dosa besar apa ya gue dikehidupan dulu kenal orang ga tau diri kaya lo." cibir Ningning.
"Lo kenapa si sensi mulu sama gue? Masih dendam masalah ospek dulu?" tanya Yedam setelah menelan makanannya.
"Itu salah satu. Tapi gue paling ga suka manusia yang ga bisa nepatin omongan dan ga tau prioritas." jawab Ningning.
"Kan emang bener lo itu definisi manusia ga gau diri. Lo lupa lo sering ingkar janji, ngomongnya ga akan gini lah gitu lah tapi ternyata dilakuin. Lo juga ga bisa tuh pilih mana yang penting." jelas Ningning menggebu.
"Gue akuin kalau gue suka ingkar karena gue emang suka lupa. Tapi yang terakhir gue ga ngerasa tuh, gue selalu tau mana yang jadi prioritas." bela Yedam tak terima tuduhan dari Ningning.
"Oh ya? Terus kejadian kemarin apa?" tanya Ningning.
Yedam diam.
〄
Flashback on
"Lin ntar sore biar gue yang anter lo ambil obat ya?" kata Yedam pada Ningning yang baru selesai membereskan barang bawaannya di ruang musik.
"Ga ah lo suka ngaret. Gue harus buru-buru ambil resep dokter dan nebus obatnya, obat pereda nyeri Papa udah abis banget." jawab Ningning.
"Ga bakal soalnya itu penting banget. Nanti telpon gue ya kalau kelas lo udah selesai." kata Yedam.
Ningning cuman ngangguk, sampai ketika kelas Ningning selesai Yedam masih belum angkat telpon.
Dengan gerutuanNingning coba pesenojol setelah nunggu hampir setengah jam, yang artinya Papanya harus minum obat 30 menit lagi kalau ngga nanti kambuh. Papanya mengidap Artritisreumatoid, atau nyeri sendi.
"Sorry Lin gue abis nganter Kinan ke tempat part timenya tadi." Ningning langsung mendongak, ada Yedam yang cuman natap dia lewat helm fullfacenya.
"Katanya masalah nebus obat Papa gue penting banget taunya nganterin Kinan lebih penting ya." cibir Ningning dengan wajah datarnya.
"Maaf banget Lin gue ga tega liat dia kaya mau nangis karena telat masuk kerja dan ojol ga ada yang nerima orderannya." jelas Yedam.
Yedam hela nafas, "Yaudah lo bisa marahin gue nanti, sekarang naik dulu kita tebus obatnya sekarang." kata Yedam.
Ningning diam, mau ga mau dia harus ikut Yedam biar lebih cepet. Karena nunggu ojol belum nunggu orderan diterima dan nunggu ojolnya dateng. Makan waktu banget jadinya. Takut Papanya kambuh kaya dulu karena telat minum obat.
Dengan muka ditekuk Ningning nerima helm yang disodorkan Yedam dan naik ke motornya.
Flasback off
〄
"Sorry banget." kata Yedam.
"Joni suara buaya tuh kaya gimana si?" tanya Ningning pada Jeongin yang lewat di depannya.
"Maaf ya aku lupa. Ga akan aku ulang lagi ko." jawab Jeongin sembari senyum lebar.
Yedam cuman diam melihat Ningning dan Jeongin saling mengacungkan jempol.
"Yaudah kalau gitu lo mau ga jadi prioritas gue? Biar gue ga ada alesan buat jadiin lo nomor kesekian. Tapi prioritas abis keluarga gue, mau ga?" tanya Yedam.
Matanya menatap lurus kearah manik Ningning yang mentapnya bingung.
"Maksud gue lo mau ga jadi pacar gue? Biar lo jadi prioritas gue." ulang Yedam kini lebih jelas.
Ningning membola, tapi setelahnya dia terdiam. Menilik mata Yedam yang masih serius menatapnya.
Jeongin dibelakang Yedam jadi ikutan gugup melihat reaksi Ningning.
"Ga bisa. Gue masih belum percaya sama lo."
ー𝕒 𝕥𝕠 𝕫ー
Jiakhh yang ultah ditolak awokwok Canda Dam✌🏻
Happy birthday Yedam❤❤❤
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
