Terlambat

16 7 0
                                    

Hola holaaa!!!

Ada yang nungguin aku up ga nih? Sebelumnya emg aku lg sibuk ujian (ujian hidup dan keimanan:v) jadi sempet sebulan gantung.

Aku pengen nulis sesuatu di pembuka chapter ini tapi... bingung mau nulis apa:(

Yaudah langsung ke cerita aja ok!

Happy reading, everyone!

==========

"Mama pulang!"

Terdengar suara seseorang membuka pintu (yang sukses membuat aku dan Thalia kaget). Buru-buru aku dan Thalia melepas pegangan tangan kami.

Ah, mama. Kenapa harus pulang disaat yang seperti ini. Merusak suasana saja.

Aku mengusap wajahku yang terasa kebas, dan mama sudah sampai di ruang tv, kemudian ikut duduk di sofa yang lain.

"Wah, kalian sedang apa berdua disini?" Tanya mama.

Thalia hanya tersenyum. Wajahnya nampak malu-malu.

Aku mendengus, perasaanku masih kesal karena mama pulang diwaktu yang salah.

*****

Senin tiba dan kegiatan aku dan Arya di pagi hari masih sama. Berlarian menuju halte bus, mengejar bus yang sudah bersiap ingin berangkat. Seperti biasa, kami selalu duduk di kursi terakhir.

Di pojok kursi sudah duduk seorang wanita yang amat aku kenal. Wanita yang dua hari lalu menjadi tempat aku menyatakan perasaanku. Sungguh aku tidak mengira akan melihatnya lagi di halte ini.

"Hai kalian." Seperti biasa, dia selalu menyapa kami dengan riang, dan juga bersikap biasa seperti aku belum menyatakan apa-apa dalam dua hari lalu. Yah, begitu lebih baik. Dari pada kami harus saling menjauh hanya karena sebuah rasa yang tidak di duga timbul? Tapi, mungkinkah dia bersikap seperti itu karena tidak menyukaiku?

"Hai, Tha." Arya yang membalas sapaan Thalia.

Arya duduk disamping Thalia, dan aku duduk disampingnya.

Thalia menatapku masih dengan senyumnya yang mengembang. Aku membalasnya dengan senyum kecil dan sedikit anggukan kepala.

Bus langsung melaju begitu kami duduk. Suara bising mulai terdengar di dalam bus. Ada yang sedang mengobrol, makan, dan segala kegiatan lainnya.

"Kamu tumben naik bus lagi, Tha. Padahal sudah hampir tiga bulan ini kami tidak melihat kamu naik bus lagi," Arya bicara, memulai topik pembicaraan.

Thalia hanya tersenyum, "itu karena aku rindu kalian, makanya aku naik bus lagi."

"Paling juga, kamu rindunya sama Rey," cibir Arya.

Thalia terkekeh, dia memalingkan wajahnya menghadap jendela bus. Menatap keluar, melihat ramainya jalan yang kebanyakan di isi oleh pengendara motor dari pada pengendara mobil.

Aku sempat melirik ke arahnya sekilas, entah memang kenyataannya atau hanya prasangkaku saja yang melihat bagian belakang telinga Thalia tampak memerah.

Just a DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang