Hari Terakhir

8 3 0
                                    

Hello! Kali ini beneran 2 bab terakhir ~

==========

Kembali ke Masa sekarang (masa dimana bab pertama dimulai)

---

Dari balik kaca jendela, aku memandang langit di atas sana yang mulai tampak berwarna jingga. Malam akan datang menggantikan siang yang teduh hari ini. Mengingat kembali kilas itu, dimana aku merasakan kehampaan seperti yang aku rasakan hari ini dimulai sejak sebulan lalu, setelah undangan itu berada di tanganku. Sialnya selama sebulan ini, hujan lebih sering turun di pagi hari.

Kehilangan teman dan cinta adalah hal terberat. Begitu berat bagiku yang baru mengenal cinta. Tapi jangan pernah untuk menyalahkan diri sendiri, karena cinta tidak pernah salah. Hanya saja takdir yang membuatnya rumit.

Kepalaku menoleh untuk menatap selembar kertas dengan bahan khusus diatas meja yang berada disamping kasur. Itu didesain berwarna biru cerah dan nampak mengilap. Pasti Thalia yang memilih warna tersebut, mengingat gadis itu menyukai sesuatu yang berwarna cerah. Nama mereka terukir sangat indah dengan huruf besar. Lucunya, dulu aku pernah memimpikan bagaimana rasanya melihat namaku dan nama Thalia tertera dalam satu lembar yang mengawali kehidupan yang lebih serius, tapi ternyata nama lain yang ada disana.

Aku menenggak air putih dalam sekali teguk. Mari bersiap-siap untuk tidur, besok harus bangun lebih awal agar Lia tidak memiliki alasan untuk marah-marah.

Keesokannya ketika fajar menyambut pagi yang cerah, aku sudah berada dalam perjalanan menuju tempat bekerja. Setiap pagi sudah pasti macet, apalagi kantor berada tidak jauh dari lampu merah dan perempatan jalan.

Aku datang lima belas menit lebih awal dari jam masuk kantor. Sudah ada beberapa pegawai yang datang. Satu-dua menyapaku saat kami berpapasan entah dilorong atau di lift. Ruanganku dan Lia berada di lantai tiga.

Kakiku melangkah ringan di lorong dengan dinding putih dan lantai yang mengilap. Beberapa kali berapapasan dengan orang lain dan bertukar sapa. Ketika aku melewati ruangan Lia dan melihat pintunya sedikit terbuka, aku berinisiatif untuk masuk ke dalam.

Melihat pemilik ruangan sudah sibuk bahkan sebelum jam masuk bekerja, aku hanya bisa menggelengkan kepala dan berdecak kagum.

"Apa kamu terobsesi kerja, Lia?" Aku sengaja menggodanya, dan menduduki kursi yang tersedia di depannya.

Gadis itu nampak tersentak karena tidak menyadari aku sudah berada di ruangannya dan hanya bisa melotot sebal.

"Urus urusan sendiri!" Nadanya terdengar sangat ketus, lalu melanjutkan. "Kalau bukan karena kamu tidak masuk kemarin, pasti sampai hari ini pekerjaan tidak banyak."

Aku menghela napas pelan, "Alasan. Kebiasaan kamu padahal selalu bekerja kalau sudah sampai kantor walaupun belum jam masuk."

Lia hanya tampak menyeringai kecil, "Iyasudah sana! Sudah tahu aku sibuk, bukannya pergi."

Ia mengusirku secara terang-terangan. Yaa Walaupun ini bukan pertama kali dia mengusirku dari ruangannya. Aku hanya mendengus pelan, mengeluarkan coklat batangan besar yang sengaja aku beli untuknya. "Ini," aku mendorong coklat ke hadapan Lia, "Aku tahu kamu lagi PMS, kan."

Sebelum Lia benar-benar meledak, aku buru-buru keluar meninggalkan Lia dengan teriakan sebalnya. Menggoda gadis itu selalu menyenangkan.

*****

Tiga hari belakangan ini, Lia tampak sibuk sendiri di ruangannya. Aku tidak tahu dia sedang melakukan hal apa. Tapi dia melarangku untuk masuk ke dalam ruangannya hingga aku tidak bisa mengajaknya makan siang bersama. Tiga hari aku membawakan makan siang untuknya, sekaligus usahaku untuk bisa masuk ke ruangannya karena rasa penasaran tapi tetap saja hanya berujung di depan pintu ruangannya saja.

Just a DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang