Selanjutnya

8 7 1
                                    

Happy reading🧚‍♀️

==========

Sebulan sudah berlalu. Tidak banyak hal yang terjadi. Hubunganku dengan Thalia baik. Juga Arya, masih sama menyebalkannya. Justru sesuatu itu sepertinya terjadi pada Alvin dan Thalia. Aku tidak pernah melihat mereka berdua lagi. Bahkan Thalia berhenti bekerja dari minimarket milik keluarga Alvin. Mama Thalia sudah mulai bekerja seperti biasa. Mama dan Papa Thalia bercerai, masih dalam proses pengadilan.

Siang ini aku mendapat kelas yang sama dengan Thalia. Langkah kakiku semakin lebar menuju kelas, tak sabar ingin bertemu dia. Pasalnya, susah beberapa hari terakhir aku tidak bertemu gadis itu dimana pun. Bahkan Thalia yang biasanya menghampiriku yang sedang asyik makan di kantin, beberapa hari ini tidak ada tanda-tanda kehadirannya.

Di lorong kampus aku berpapasan dengan beberapa orang yang aku kenal. Menyapa singkat. Kini aku sudah berdiri tepat di depan pintu kelasku selanjutnya. Dengan senyuman manis yang aku pasang, aku sudah siap bertemu Thalia. Gadis itu duduk di kursi paling depan, sedang sibuk menulis sesuatu di bukunya sambil sesekali melirik buku paket.

"Siang, Tha." Aku tersenyum, duduk di kursi belakang Thalia yang kosong.

Thalia menatapku, tersenyum lebar.

"Apa kabar?" Aku bertanya, melepas ransel di pundak. "Beberapa hari ini aku tidak melihat kamu di kampus atau di kantin. Sepertinya kamu sedang sibuk."

Thalia menggaruk dagunya, tampak berpikir, "Yeah, belakangan ini banyak tugas memang."

Aku bergumam pelan. Obrolan kami terpaksa terhenti karena dosen sudah masuk ke dalam kelas.

*****

"Pulang bersama?" Aku bertanya.

Kelas selesai beberapa menit lalu. Saat ini tepat pukul lima sore. Kami duduk di kantin, menyempatkan mengisi perut sebelum pulang.

"Hei! Jangan lupakan aku, aku juga ikut kalian." Arya berseru.

Aku menatap sebal ke arahnya. Siapa juga yang mau meninggalkan dia pulang sendirian dan dia juga kenapa harus berada di kantin jurusan Bahasa. Gedung kampus jurusan teknik sendiri punya kantin. Kenapa dia harus menganggu aku dan Thalia.

"Apa tidak merepotkan?" Thalia bertanya, menatap aku dan Arya bergantian. Aku tahu dia merasa tidak enak padaku karena harus mengantar Arya juga.

Buru-buru aku menggeleng. Apapun demi Thalia tidak ada yang membuatku merasa keberatan. Kecuali Arya, aku sungguh keberatan sebenarnya. Apalagi sore ini aku akan pulang dengan Thalia. Aku yakin sekali Arya pasti akan menjadi pengganggu nanti.

Thalia tersenyum, meneruskan makannya.

"Eh, Tha." Panggil Arya, yang di panggil menoleh. "Hubungan kamu sedang tidak baik dengan Alvin, ya?"

Thalia bergeming, tidak berniat menjawab.

"Akhir-akhir ini Alvin sering bertengkar. Dia bahkan marah-marah pada seluruh kelas karena berisik, mengganggu dia tidur katanya." Arya masih melanjutkan.

"Aku tidak tahu dia kenapa, tapi memang akhir-akhir ini aku tidak bertemu Alvin. Aku sibuk," Thalia menjawab, ia kembali meneruskan acara makannya.

Jadi Thalia memang benar menjauhi Alvin. Apakah itu menjadi bukti bahwa Thalia memang memilihku? Entahlah, sepertinya aku tidak boleh terlalu senang dulu dengan fakta tadi. Bisa jadi, Thalia memang akhir-akhir ini jarang bertemu Alvin karena memang sibuk karena tugas kampus. Lalu Alvin, dia juga bisa jadi memang memiliki temperamen yang buruk, tukang marah-marah tidak jelas. Bertindak semaunya.

Just a DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang