Alasanku

9 7 0
                                    

Selamat membaca!♡

====================

Aku masuk ke dalam kamar ketika sampai dirumah. Mengganti pakaian. Kenapa pagiku begitu menyebalkan seperti ini? Aku mengacak rambut frustasi, duduk di lantai bersandar pada dinding.

Aku kesal! Sangat! Bahkan rasanya aku ingin mengadu seberapa kuat dinding kamar dengan kepalaku. Aku menutup tirai jendela di kamar, mematikan lampu. Membiarkan remang isi kamar. Pintu kamar juga aku kunci. Rasanya aku tidak mau bertemu dengan dunia.

Bagaimana caraku menghilangkan perasaan ini? Belum waktunya perasaan ini ada dalam hatiku. Ya Tuhan. Masalah hati ini mengapa kapiran sekali. Tapi rasanya sakit sekali.

Aku membuang napas kasar, memukulkan bantal di kepalaku. Setidaknya aku tidak mendapatkan rasa sakit.  Aku tiduran dilantai, memeluk bantal. "Bukankah rasa ini suka, tapi kenapa perasaan ini rasanya besar sekali? Apakah perasaan ini berubah menjadi cinta?"

Aku tetap dalam posisi seperti itu. Menatap kosong pada langit-langit kamar hingga tertidur.

*****

Samar terdengar gedoran di pintu kamar sambil memanggil-manggil namaku berkali-kali. Mataku mengerjap. Cahaya dikamar remang. Aku bangkit duduk, mengucek mataku. Mungkin saja ada belek disana. Tapi suara gedoran pintu dan seseorang yang memanggil namaku berhenti.

Aku menguap, melihat sekeliling. Ternyata aku tidur di lantai. Suara gedoran di pintu kamarku kembali terdengar. Aku beranjak berdiri, membuka pintu kamar yang terkunci. Wajah Mama kudapati di balik pintu kamar.

"Ya ampun! Jam segini baru bangun?" Mama mengomel, berkacak pinggang. "Cepat keluar, ada tamu di depan."

Aku menguap, menggaruk kepalaku, berjalan mengekori Mama ke ruang depan. Seseorang duduk di sofa, membelakangi aku dan Mama. Mama berjalan lebih dulu mendekati orang yang duduk di sofa.

"Thalia, itu Rey sudah bangun."

Aku yang sedang menguap langsung melotot terkejut. Menoleh ke bayanganku di televisi, rambut berantakan, pakaian kusut hanya memakai kaos lusuh dan celana kolor pendek. Ya ampun!

Thalia menoleh, tersenyum, melambaikan tangan padaku.

Tidak ada waktu untuk berganti pakaian, atau nanti Thalia tahu aku malu padanya dengan pakaian seperti ini. Aku berjalan mendekati sofa, duduk di sofa lainnya sementara Mama duduk di samping Thalia.

Mama memegang tangan Thalia, "Bukannya kamu lagi sakit, Tha? Tadi pagi Mama kamu kabarin Tante."

Thalia tampak tersenyum canggung. "Thalia sudah tidak apa-apa, kok, Tante."

Mama tersenyum, pamit ke dapur mau membuatkan minuman dan makanan ringan untuk Thalia.

Suasana berubah menjadi canggung saat Mama pergi. Thalia menunduk memainkan jemarinya sementara aku menatap apapun diruangan itu selain menatap Thalia. Sudah beberapa menit kami dalam keadaan seperti ini, sungguh membuat keadaan jadi serba salah.

Aku berdeham. "Ada apa? Kenapa kamu ke sini? Memangnya Mama kamu bolehin keluar rumah, padahal kamu kan lagi sakit?"

Thalia mengangkat kepalanya, menatap wajahku. "Aku mau bicara, tapi bukan disini."

Just a DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang