Sebutkan namamu

20 7 2
                                    

"Hei! Salah sendiri menerobos jalan orang!" Arya balas berseru pada orang itu, membelaku.

Orang itu menoleh, dan ternyata dia adalah gadis yang tadi pagi. Wajahnya tampak terkejut melihat kami. Kurasa aku pun menunjukan tampang yang sama dengan gadis itu. Bahkan Arya sudah menganga.

"Kenapa kamu selalu mencari masalah, sih?" Gadis itu mengembalikan ekspresinya seperti semula.

Aku dan Arya saling tatap. Dahinya mengernyit dengan maksud, siapa juga yang cari masalah?

"Heh! Berhenti bertengkar!" abang kernek bus berseru, menghentikan keributan. "Cepat keluar! Buat macet penumpang lain yang mau keluar tahu."

Aku dan Arya mengangguk, segera turun setelah gadis menyebalkan itu turun lebih dulu. Bus kemudian kembali melaju cepat.

"Kalian sengaja menguntit, ya?" Gadis itu rupanya masih ingin memperpanjang masalah dengan kami.

Aku menggeleng, siapa pula yang berniat menguntit dia. Memangnya secantik dan seterkenal apa dia sampai kami harus repot menguntit dia. Gadis itu buru-buru mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, meraih saputangan yang diberikan Arya tadi pagi.

"Gak perlu!" Katanya seraya melemparkan saputangan itu. "Kalian pasti mau modus, kan?"

"Hei, mba. Saya kasih sapu tangan ini supaya mba bisa bersihin muka sama baju mba yang kotor terkena cipratan air hujan. Dan sekarang, mba balikinnya tanpa bilang terimakasih ataupun di cuci dulu. Lagipula saya sama temen saya gak ada minat buat nguntit mba." Jawab Arya ketus.

Gadis itu memutar bola matanya, memperlihatkan tampang bosan dan angkuh. "Mengaku saja. Kalian mau kenalan sama saya kan? Nama saya Thalia."

Gadis itu langsung berlalu pergi meninggalkan kami. Aku dan Arya saling tatap dan menggelengkan kepala. Kenapa hari ini kami harus bertemu dengan orang menyebalkan seperti dia? Ditambah kami jadi tontonan orang di halte karena seruan gadis tadi. Dari pada harus menanggung malu lebih lama, lebih baik kami segera pulang ke rumah.

*****

"Rey pulang," aku mebuka pintu rumah, melepas sepatu dan menaruh nya sembarang di rak sepatu dekat pintu masuk. Tumben sekali tidak ada suara mama yang menyahut, biasanya mama selalu menyahut walaupun berada di bagian paling belakang rumah ini.

Aku berjalan melewati ruang tamu pun sepi, lalu sampai dikamar. Kamarku masih berantakan sekali. Tumben mama tidak membereskan kamarku. Pergi juga tidak mengirim pesan dulu padaku. Aku melempar tas sembarang diatas kasur dan merapikan sedikit kamarku, walaupun tidak bisa serapi ketika mama yang membersihkannya. Setelah semua urusan merapikan kamar selesai, aku langsung mengganti pakaian. Kembali ke ruang tengah, mencari mama di dapur. Tidak ada. Di kamar mandi, juga tidak ada. Dikamarnya, tidak ada siapa-siapa.

Baiklah, mungkin Mama ada urusan mendadak dan lupa memberikan kabar. Untuk saat ini aku lapar, jadi aku memutuskan makan. Tapi di meja makan tidak ada apapun. Huh, sebenarnya mama sedang apa sih? Kemana dia? Ada urusan apasih sampai-sampai membuat mama lupa masak juga tidak membereskan kamarku.

Baiklah, aku akan tunggu mama sambil menonton tivi. Siapa tahu mama segera pulang.

*****

Perlahan, aku membuka mataku. Sayup suara tivi terdengar nyaring ditelinga, kemudian bangun dari sofa, duduk menghadap tivi. Rupanya aku ketiduran disini dari tadi siang. Aku meraih remote tivi dan mematikannya, kalau mama tahu aku tidur dalam keadaan tivi menyala, mama pasti sudah mengoceh tentang berhemat listrik.

Tunggu dulu. Aku seketika teringat sesuatu. Bukankah aku menunggu mama sejak tadi siang sampai aku ketiduran. Bahkan langit sudah mulai gelap. Sudah sesore ini tapi mama belum pulang juga. Kemana sih perginya mama? Aku meraih ponsel, menelpon mama. Kenapa tidak dari tadi saja aku menelponnya.

Just a DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang