Air dan Api

13 7 3
                                    

Happy Reading!!

======================================

"Dingin," ucap Thalia pelan.

Aku bingung harus apa, tidak ada pakaian kering atau tempat untuk mendapat minuman hangat. Jadi aku memegang kedua tangan Thalia, menyatukannya di depan wajahnya, meniupnya berharap panas dari napas mulutku bisa mengurangi rasa dinginnya.

"Bagaimana?" Aku bertanya, terus meniup kedua tangannya.

Thalia menggeleng.

Aku semakin tidak tahu bagaimana membuat Thalia merasa lebih baik, aku khawatir sekali melihatnya kedinginan. Bagaimana kalau nanti dia sakit? Tanpa berpikir panjang aku langsung memeluk tubuhnya. Mendekapnya erat dalam pelukanku disudut ruangan yang remang. Aku menghembuskan napas hangatku dileher Thalia, dan bisa kucium aroma wangi dari rambutnya. Rasanya tubuh Thalia berhenti gemetar. Justru detak jantungku yang berdetak tidak karuan seperti ingin meledak-ledak. Tapi aku abaikan perasaan itu, semakin mengeratkan pelukanku pada Thalia agar dia tidak kedinginan dan terus menghembuskan napas hangatku dilehernya.

Sudah beberapa menit kami dalam posisi pelukan. Aku melepaskan pelukanku, menatap Thalia yang sedang menatap kosong. Lenganku menangkup wajahnya, menatap matanya.

"Masih dingin, Tha?" Aku berbisik.

Thalia menggeleng pelan. Aku meraih kedua tangannya dan melakukan kegiatanku sebelum memeluknya. Jujur saja, jantungku masih berdetak hebat. Tapi aku terus mengabaikannya. Aku tidak boleh mendengarkan suara-suara bisikan yang terus memintaku untuk kembali memeluk Thalia dan merasakan perasaan senang dihatiku sekaligus memabukkan isi perutku.

Aku menoleh ke arah kerumunan yang sedang meneduh, beberapa dari mereka terlihat pamit pulang. Maka aku bertanya pada Thalia, "Mau pulang saja , Tha?"

Thalia hanya mengangguk pelan tanpa menjawab.

Aku mengusap pipi Thalia yang basah, menuntunnya ke parkiran. Membukakan pintu dan menyilakan Thalia masuk. Sepuluh menit kemudian, mobil sudah menyatu di jalanan yang basah. Hujan masih deras, bahkan saat aku sampai didepan rumah Thalia hujan masih turun. Sayang sekali tidak ada payung di dalam mobil.

"Sudah dirumah, kok. Tidak apa-apa kehujanan sedikit, nanti langsung mandi. Tidak usah dibukain pintu mobilnya." Ujar Thalia padaku.

Aku masih menatap Thalia dengan khawatir, tapi akhirnya mengangguk pelan. Tidak mungkin juga aku menahan Thalia dalam mobil hingga hujan turun. Aku melajukan mobil setelah memastikan Thalia masuk ke dalam rumah.

Sampai dirumah, untung saja Mama sudah tidur. Kalau tidak, Mama akan berisik sekali menyuruhku cepat-cepat mandi dan berganti pakaian kering. Tapi aku malas untuk mandi, jadi hanya berganti pakaian dan mencuci muka.

Besok paginya aku bersin-bersin di kamar. Menghabiskan banyak helai tisu yang menyampah isi kamarku. Mama sudah menyiapkan susu jahe juga air hangat untuk mandiku pagi-pagi sekali.

"Sudah merasa baikan?" Tanya Mama.

Aku mengangguk sambil mengambil selembar roti tawar dan memasukkan ke dalam mulut.

"Memangnya semalam kamu kehujanan?" Mama bertanya lagi.

Aku mengangguk, mengambil remot tv dan menyalakannya. Melihat siaran berita pagi.

Just a DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang