god of war

700 73 1
                                    

   BAGIAN 27



     lagi lagi, matahari enggan menampakan wujudnya di atas awan yang menggantung. jaehyun menatap ke arah luar jendela cafe, dengan nyalang. ia sedikit mengeratkan mantelnya, karena udara diluar menelusup masuk saat ia membuka sedikit celah jendela yang ada dihadapannya.

lagi lagi, pria itu terpaku pada potret 5 tahun lalu. saat rose dan dia menginjak usia smp, masa masa itu. masa dimana mereka...ah sudahlah. semakin lama mengingatnya, semakin membuat sesak.

terlebih lagi, apa katanya itu? tunangan? hhh jaehyun tidak habis fikir. setelah dirasa cukup, ia beranjak dari tempat dan keluar dari cafe itu. jaehyun menarik, terlebih saat ini ia memasukan satu tangannya di dalam saku celana. tidak banyak yang secara terang terangan, menatapnya dengan kagum. alis setajam elang itu, menatap jalanan dengan pasrah. ia berbelok arah, memasuki lorong lorong tua.

bau sampah, juga udara yang terasa sesak tidak dapat membuat jaehyun berbalik arah. ia sampai, punggungnya ia senderkan pada tembok bata.

menatap ponselnya, ia sangat tidak suka orang yang tidak tepat waktu. apalagi, hari ini mood nya sedang tidak baik. sekali lagi, fikiran pria itu terus tertuju pada gadis yang menyimpan senyuman seindah bunga mawar mekar.

suara tapak kaki membuat jaehyun menoleh, matanya yang selegam danau itu menatap wanita yang lebih tua darinya. 

"kau telat 5 menit." ucap jaehyun langsung pada intinya.

wanita itu membungkukan badan, tanda meminta maaf. rasa takut yang menghinggap, membuat lututnya gemetar. terlebih, ia sudah berlari jauh. dan dihadapannya ini, adalah seorang jaehyun yang—

"aku tidak mau mengulur waktuku, cepat sebutkan kriteria yang iblis itu mau." ucap jaehyun tegas. aura nya membuat wanita itu bahkan tidak mau mengadah, dan menatap matanya yang seindah laut biru.

wanita itu menyebutkan beberapa, sehingga dengan santainya jaehyun mengangguk-ngangguk paham.

wanita itu pergi, setelah jaehyun menyanggupi. ia membuang permen karet yang sedari tadi ia kunyah.

matanya beralih pada salah satu kardus, melihat sesuatu yang tidak beres. ia lalu berjalan mendekati itu, membukanya dengan perlahan.

semuanya cukup tenang, jaehyun menatap pasang mata bak anjing yang meminta dikasihani itu.

"t-tolong a-aku... aku tidak akan membocorkan rahasiamu, tuan" ucap gadis itu, meminta untuk diselamatkan. ia memohon, memeluk kaki jaehyun erat, air matanya mengalir, tanganya pun bergetar. memandakan ia sangat takut saat ini.

dengan mata setajam elang, dan alis yang menjulang. jaehyun menatap tajam gadis, di depannya. merepotkan sekali, ia harus membereskan semua ini.

jaehyun meraih kerah kemeja yang terlihat lusuh itu, layaknya anak anjing. gadis itu tertatih, berdiri. ia meringis, sedikit merasa sakit di selangkangan. jaehyun menatapnya, lalu tidak memperdulikannya. masa bodo, misinya lebih penting daripada mengurus keadaan gadis bodoh ini. lalu, kaki jaehyun pergi meninggalkan lorong gelap itu.

∆∆∆

  rose menghela nafas kasar, jimin tidak mau pergi dari rumahnya.

"rose apa kau tidak merindukanku??" tanya jimin, dengan nada yang lembut.

tidak lagi, rose. kau tidak boleh menatap matanya, atau semua yang kau lakukan akan sia sia.

"rose, aku tidak akan pergi sebelum kau mau menjadi tunanganku. bagaimana? pintar kan aku?" ucap jimin terkekeh.

"berhenti berbicara, dan keluar sekarang." titah rose, namun hal itu tidak akan mempengaruhi park jimin.

sekali lagi, jimin tidak akan mempan dengan perintah apapun.

televisi menunjukan berita terkini, membuat jimin mengerinyit heran.

"banyak sekali orang yang menghilang, grafiknya naik setiap tahun." gumam park jimin, yang berhasil membuat rose menoleh.

"menurutmu, kemana mereka semua rose?"

"dibunuh, olehmu." ucapan enteng rose, membuat park jimin menoleh.

"maksudmu?"

"ya.. kau kan psikopat berwajah tamp— ah tidak, kau psikopat brengsek yang bersembunyi dibalik nama yang bersih." ucap rose, meralat ucapannya.

jimin tidak marah, bahkan ia tersenyum senang. "katamu apa?? ah ya, aku sangat tampan. aku tau rose, akui sajalah."

"aku hanya salah bicara!"

"lalu kenapa kau terlihat marah? tunggu - tunggu, pipimu— memerah?? astaga rose kau benar benar marah padaku???" ucap jimin, menggoda rose.

"hentikan itu." ucap rose kesal, malu mengakuinya.

"tapi rose, aku ini tidak membunuh orang yang tidak bersalah. yah.. meski tampangku tidak akan membuat kau yakin." ucap jimin, menatap televisi nyalang.

rose tidak peduli, ingatkan rose bahwa dia SUNGGUH TIDAK PEDULI!

"apa kau tau rose, hatiku sebenarnya sakit saat membunuh manusia manusia itu.." ucap jimin sedih, menunduk. seperti menyesali apa yang telah ia perbuat.

rose menghampirinya, iba. sungguh, ini bukan rasa kepeduliannya terhadap park jimin. sekali lagi, rose tekankan itu.

rose duduk disebelah jimin, lalu mengusap punggung jimin.

"aku juga, tidak tega menyakitimu rose..." sekali lagi, jimin berucap dengan nada yang sangat menyesal.

rose mengusap punggung jimin, membuat jimin menoleh dengan seringaian kecilnya.

"tapi aku senang melihat wajah korbanku yang tersiksa karenaku, terutama kau." ucap jimin. membuat rose refleks berhenti mengusap punggungnya.

rose menatap jimin marah. "brengsek!" ucap rose meninggalkan jimin, dengan langkah yang lebar.

jimin terkikik geli, menatap wajah marah rose adalah hal yang ia sukai. bahkan sampai saat ini.

ia memegang ponsel nya, dan berniat menelfon seseorang. namun gagal, seseorang itu terlebih dahulu menelfonnya.

"t-tuan maaf menganggu waktumu, tapi—"

"aku sedang sangat senang neo, katakanlah. aku seperti ingin terbang ke awan rasanya." ucap jimin, sambil membayangkan muka marah rose. ah rasanya, jimin dibuat gila oleh rose.

"maaf tuan, tapi nona jena.. mm-maksudku, nona jennie berhasil kabur lagi."

∆∆∆

   rose sedang berada di panti jompo, ya ia meninggalkan jimin sendirian. pria itu, hahh sudahlah. rose sudah lelah.

ia sedang memegang buku, dengan sampul  yang membuat rose tidak tertarik. tapi, wanita tua dihadapannya ini memaksa rose untuk mendongengkannya.

"aku ingin cerita ares. sang mars." ucap nenek itu menatap rose, sendu.

rose tidak mengerti, ia mencarinya asal. wanita itu memperhatikan rose, tanganya mencegah rose untuk membuka halaman lain.

"kau tidak mengetahuinya?" tanya wanita itu.

rose menggeleng, wanita tua itu menghela nafas.

"ares, pria brutal yang jatuh cinta pada aphrodite."





















- bersambung -

DANGER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang