pelampiasan

3.1K 159 9
                                    

    "pergi jika ingin pergi,
tapi tidak tuk kembali,

kamu siapa?
seenaknya saja memainkan perasaan hatiku."

∆∆∆

BAGIAN 18









"well, seleramu cukup bagus juga untuk seorang gadis yang lemah. atau seleramu kini menurun?" ucap gadis itu congkak.

   jimin menaikan satu alisnya, oh yang benar saja! wanita yang ada dihadapannya ini benar benar menyebalkan! tentu saja rose lebih baik dari dia dari segi apapun. jimin berani bertaruh untuk itu.

gadis itu terkekeh, melihat jimin yang hanya bungkam.

"kenapa? aku tidak salah berucap bukan?" ucapnya masih terkekeh.

jimin memutar bola matanya malas, kembali melihat gadis itu dengan sorot mata tajam.

"berhentilah menatapku seperti itu, aku tidak akan takut seperti dulu, jim." sambil membereskan kotak makan, gadis itu mengucapkannya dengan tenang.

oh, sepertinya jimin memiliki ide yang cukup cemerlang. ia menyeringai, mendekat pada gadis itu.

"oh benarkah j? aku sangat kecewa, padahal bertahun tahun aku merindukan wajah takut mu itu" ucap jimin berbisik, membuat gadis itu bergidik.

tidak merasa takut, gadis yang ada di hadapan jimin malah menatapnya menantang. 

"oh benarkah? aku sangat menantikan permainanmu itu jim" suara gadis itu dibuat serak, namun jimin tidak merasakan apapun selain merasa jijik terhadap gadis yang ada dihadapannya ini.

"baiklah j, kau memintanya" jimin perlahan mendekat, kemudian tubuhnya menindih tubuh gadis itu.

jimin menyeringai, seraya mengeluarkan pisau kecil pada saku belakang celana nya.

"kali ini menurutmu, apa yang harus aku koleksi j? bola mata indahmu? lidahmu yang bak ular itu, atau jari jari lentikmu?" ucap jimin seraya memainkan pisau tepat didepan gadis itu.

perlahan tapi pasti, jimin memilih menggores wajahnya yang congkak itu.

"jim... berhenti" ucap gadis itu memohon.

oh, dimana ke congkakan yang gadis itu tunjukan pada jimin? dimana keberanian itu? belum apa apa saja, gadis ini sudah merengek. terlalu berisik, rengekannya tidak indah. hanya merusak suasana, dan itu membuat mood jimin semakin memburuk.

jimin beranjak, melepaskan gadis itu. tidak, jimin tidak sedang berencana untuk menyiapkan apapun. mungkin nanti, entahlah.

saat ini yang harus ia fokuskan adalah, mencari alasan kepergiannya pada paman han.

tidak, jimin akan mendapatkan masalah yang besar, kali ini.

  menatap kembali gadis yang masih terduduk setengah melamun itu, jimin melemparkan jam tangan mahalnya.

yap!

tepat pada sasaran, jam tangan itu mengenai kepala gadis itu.

jimin mendengus saat jam tangan itu tidak membuat kepalanya mengeluarkan darah, jimin kesal.

gadis itu mendekat seraya berjinjit mensejajarkan tubuhnya dengan jimin, jimin diam memperhatikan.

kemudian dengan secepat kilat gadis itu mengecupnya, lalu menatapnya menantang.

"itu hukuman yang akan kuberikan mulai sekarang jimin-ssi" ucap gadis itu, berlalu menutup pintu.

jimin masih mematung, merasakan de javu. jimin merasa dirinya dilemparkan pada masa masa itu. masa masa dimana mereka menjalin kisah sepasang kekasih.

  tidak, jimin menggeleng. kemudian menekan sebuah tombol telfon.

tanpa menunggu suara di sebrangnya menjawab, jimin sudah membuka suara saat telfon terhubung.

"paman han, aku butuh bantuanmu! aku terinfeksi virus, belikan aku kembang 7 rupa untuk berendam. aku akan pulang sekarang."  tanpa basa basi, jimin segera menutup telfonnya.

ia tak habis fikir, berdecak, lalu kemudian menggeleng.

kenapa perasaanku menjadi sekacau ini?!

    ∆∆∆

"kenapa kau begitu pendiam?" ucap jackson memerintah.

   rose hanya menatap jackson malas, lalu kembali menatap jalanan yang sedang macet di hadapannya.

"ck, apakah pemandangan macet lebih indah daripada menatap wajah kakakmu?!" ucap jackson sedikit kesal.

pasalnya, semenjak pulang dari rumah sakit. rose hanya berdiam dan tidak mengeluarkan suara apapun, biasanya gadis itu akan berisik atau meracau minta dibelikan sesuatu.

"kau tidak mau beli apa apa?" ucap jackson, dan rose hanya menggeleng.

"ck, ini aneh biasanya dia akan memintaku untuk menghabiskan uang di dompetku" jackson bergumam perlahan.

dan rose hanya berdecak sebagai balasan.

"kau akan tinggal bersama pacarku, biar dia yang akan menjagamu" tutur jackson.

"tidak" ucap rose. "aku tidak mau tinggal bersama wanita itu" lanjutnya.

jackson menatap rose kesal, "ya! panggil lah dia eonni! kau ini ck, tidak sopan sekali"

"sudah kubilang tidak ya tidak, aku tidak sudi tinggal bersama wanta itu. kau ini bodoh atau apasih oppa? ck, bisa bisanya wanita itu menghianatimu sejauh ini" ucap rose.

dahi jackson mengerinyit heran, menghianati? jackson sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud rose.

jackson mematap rose bingung, "apa maksudmu? menghianati? bagaimana bisa?"

"kau benar benar bodoh, tentu saja wanita itu menghianatimu. menusuk mu dari belakang dengan ber—"

drttttt... drt....

ponsel jackson menyala, membuat fokus jackson segera beralih.

itu dari gadisnya, jackson tersenyum lalu mengangkatnya.

rose merasa kesal sekaligus sakit hati, ia ingin menangis namun tidak bisa. air matanya terlalu berharga untuk menangisi pria brengsek seperti jimin.

dan rose memilih mengirim pesan kepada seniornya itu, ya.. ini pengalihan yang cukup bagus.

rose tau ini salah, tapi ia butuh pelampiasan untuk mengalihkan rasa sakitnya.

ia sangat butuh, lagipula jika chanyeol oppa tau... itu tidak apa apa bukan?

∆∆∆

aku yg lg ditemenin nulis sm jackson🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


aku yg lg ditemenin nulis sm jackson🤣

jangan lupa pencet bintang!!!!

DANGER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang