S2 | Bab 16

434 85 27
                                    

[Zedka]

Oh semesta, kenapa kau hanya kejam padaku tapi tidak kepada saudara kembarku?

Mengeluh mungkin lebih sering gue rafalkan dibandingkan dengan menguntai sebuah do'a dalam beberapa bulan terakhir ini. Bukan tanpa alasan mengingat gue yang hidupnya nggak mau terlalu ambil pusing ini tiba-tiba dikabari bahwa setelah lulus, tanpa alasan apapun gue harus kembali ke Rusia untuk melanjutkan bisnis gurita raksasa Bolshoy tercinta.

Maksud gue bukan bisnis Kraken, melainkan beberapa cabang bisnis yang dikendalikan oleh Bolshoy. Bukan cuma tentang pembuatan pesawat yang setiap bagiannya diproduksi di beberapa Negara, melainkan beberapa bisnis lain seperti pengelolaan limbah yang menjadi sumber malapetaka di bumi ini, produksi bahan tambang, bisnis digital sampai rencana pembuatan satelit baru.

Bukankah otak bisnis Tuan Ares layak diacungi jempol?

Tapi Abi nggak pernah mempertimbangkan bahwa seberat apa beban yang akan gue tanggung sebagai anak perempuan pertama sekaligus penerus perempuan satu-satunya di keluarga ini. Coba bayangkan! Kenapa sepupuku laki-laki semua? Sudah pasti, Tuhan sedang melakukan konspirasi!

Oke, kembali pada sumber permasalahan utama. Tidak lain dan tidak bukan, one and only my annoying brother, Aleph! Gara-gara dia yang terlalu pintar, maka ekspetasi keluarga besar kepada Aleph begitu tinggi sebagai penerus pemimpin Bolshoy di masa depan. Lalu dimana letak masalahnya?

Masalahnya adalah, gue perempuan satu-satunya dan nggak sepintar para lelaki di keluarga besar ini pada akhirnya mendapatkan perlakuan diskriminasi. Yup! Betul. Gue disisihkan, tak dianggap, tak didengar dan sepertinya sudah beralih identitas layaknya makhluk halus di keluarga ini.

Setiap gue mengajukan protes, maka suara minoritas ini nggak dianggap. Contoh; pertama, gue pernah minta kepada Umi dan Abi untuk ngasih ijin tinggal di apartemen sendirian karena gue amat sangat risih hidup dengan Aleph yang super bersih, rapih dan perfectionis selama kuliah, tapi permintaan gue ditolak mentah-mentah dengan alasan jika tanpa Aleph, hidup gue akan semakin serampangan tanpa pengawasan. Artinya, Tuan Ares dan Nyonya Aphrodite nggak pernah percaya kalau gue bisa hidup mandiri.

Kedua, sampai akhir semester perkuliahan, Abi nggak pernah kasih ijin gue untuk pacaran bahkan untuk sekedar PDKT aja dia bisa ngamuk sampai merajuk yang akhirnya bikin gue menuruti permintaannya. Tapi, itu semua bohong! Ya masa iya gue begitu saja menyia-nyiakan masa muda, bergembira bersama teman-teman dalam masa tumbuh kembang gue sebagai gadis cantik?

Gue punya pacar dong! Sampai enam bulan yang lalu, sebelum akhirnya ketahuan dia ketahuan selingkuh!

Lain hal dengan Aleph, yang bebas pacaran sama Terra tanpa aturan ini dan itu. Tapi si bodoh itu malah menyia-nyiakan kesempatan berharga itu dengan bersikap nggak gentleman untuk menyelesaikan konflik dalam hubungan mereka yang pada akhirnya membuat mereka saling menjauh satu sama lain tanpa kepastian.

Hello? Siapa pun yang mau tukeran tempat sama gue, yok silahkan..

Dan sekarang gue disuruh pulang sama Abi untuk melakukan rapat penting, dengan agenda MASA DEPAN!

Masa depan Aleph sebenarnya sudah jelas, menjadi orang kaya raya sebagai penerus Abi. Sedangkan gue, kan nggak mungkin jadi penerus Umi jadi ahli finance , meskipun gue secinta itu sama uang. Maka, gue sudah mendeklarasikan diri akan menjadi fotografer profesional dan bekerja untuk Natgeo.

Yakin saja dulu kalau gue akan dikasih ijin!

"Ka, Abi sama Umi nggak kasih kamu ijin ke hutan." ujar Abi.

Banyak orang yang bilang, kalau jangan terlalu berharap kepada manusia karena bisa saja berakhir sia-sia. Dan perkataan itu terbukti sekarang. Lalu kemana gue harus berharap? Tuhan sampai hari ini nggak wujudin permintaan gue dan Abi sama Umi juga nggak kasih ijin gue pergi.

Oh, Come On Twins!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang