S1 | Bab 12

997 157 41
                                    

"Gue balik ya." ujar Pongo.

"Lah jangan dong, gue masih kangen sama kalian." timpal Mage.

"Najis najis najis!" jawab gue.

"Di telefon Nyokap barusan."

Gue mencium gelagat aneh dari manusia satu ini. Dia barusan keluar dengan sumeringah mau ngasih tau Zedka soal kelulusannya tapi kok pas balik malah kaya gini.

"Nyokap apaan, hp lo lagi gue pegangin anjing." timpal Mage.

Gue langsung ketawa ngakak sama kelakuannya si Pongo. Dasar tulul. Nggak lama, Romeo datang ke kamar dengan raut wajah yang sama. Ini manusia pada kenapa sih?

"Kenapa lo, mau balik juga?" tanya Mage.

Romeo langsung kaget, terus dia sama Pongo saling tatapan.

"Siapa yang telefon sekarang?" tanya Mage lagi dan gue nggak kuat nahan ketawa. "Gue itu baru balik, nggak pada kangen gitu sama gue?" lanjutnya kesal.

"Gue sih kangen banget Ge, kalau mereka sih nggak tau."

"Kangen juga Ge." timpal Pongo sembari jalan ke arah Mage dan ngambil handphonenya. "Tapi gue harus balik."

Gue mulai curiga, dia tadi pamit ketemu Zedka tapi habis ketemu Zedka malah murung kaya gini. Itu lagi si Romeo, dari kamar mandi pas balik sama murungnya. Apa gara-gara sembelit?

Kenapa sih manusia dua ini? Apa ada hubungannya sama si Bebek? Apa jangan-jangan mereka habis ribut di luar? Bentar, gue nggak terima ini.

"Heh, kalian aneh kaya gini bukan gara-gara Kakak gue kan?"

"Gue balik ya.. Bye!" ujar Pongo menghindari pertanyaan gue.

"Selangkah keluar dari kamar, panuan sebadan-badan!" ancam gue.

Pongo akhirnya mendesah pasrah. Ya siapa juga yang mau panu sebadan? Tapi Pongo bego sih, dikata omongan gue bakalan dikabulin Tuhan apa? Gini nih, kalau otak sudah terkontaminasi racun cinta, begonya juara.

"Duduk kalian berdua!" titah gue.

"Bentar, gue nggak paham soal Zedka. Kenapa emang?" tanya Mage.

"Lo sih kelamaan pergi, jadi nggak tau situasi. Simak aja ya, disimak!"

Mage ngangguk.

"Ada apa? Siapa yang mau jelasin duluan?"

"Gue nggak perlu jelasin hal yang bukan urusan kalian." timpal Romeo.

"Tai! Dia kakak gue, mau gue selepet apa lo? Hah?" kesel gue lama-lama.

Romeo itu terlalu dingin, keras kepala, semaunya, dan kadang omongannya sedikit menusuk. Dia itu sejenis Helix tapi versi diemnya.

"Lo tanya Zedka aja, jangan ke gue. Gue harus balik." timpal Romeo lalu dia pergi gitu aja.

Bagi Romeo ancaman panu sebadan-badan itu nggak ngefek, karena dia itu pinter. Beda sama Pongo.

Sudahlah, kubiarkan saja dia pergi. Percuma dipanggil kalau anaknya udah kekeuh ingin pergi. Jangan paksakan seseorang yang ingin pergi untuk tetap tinggal. Duh ilaaah.

Sekarang giliran Pongo, yang nampak murung, lesu, tak bersemangat layaknya orang anemia.

"Kenapa Ngo? Ceritalah sama kita."

Pongo mendesah lagi, kayanya bebannya berat banget deh sampai segitunya.

"Gue barusan ngeliat Zedka sama Romeo ciuman."

Bentar, kuping gue mendengung.

"Apa? Bilang sekali lagi?"

"Zedka sama Romeo ciuman."

Oh, Come On Twins!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang