S1 | Bab 11

1.1K 157 70
                                    

"Ka, ayo balik."

Aleph ini nyebelin, baru aja gue punya kesempatan ngobrol sama Romeo malah diajak pulang.

"Pulang aja yu, aku juga harus bawa barang di tempat kamu."

Gue narik bibir ke dalam, menahan tawa. Nahan tawa bahagia, diajak pulang sama Romeo.

"Yaudah sana kalian pulang!" Eh si Helix main nyambar aja.

Jujur ya, awalnya gue benci banget sama Helix bukan karena galaknya aja. Tapi sejak awal kenal sama dia, Helix itu jutek banget sama gue. Kayanya buat senyum aja susah, malahan kalau ketemu gue dia langsung buang muka. Heran, padahal sama yang lain keliatannya biasa aja. Apa perasaan gue doang? Entahlah, yang jelas emang si Helix mukanya kaku kaya kanebo kering.

Sekarang gue baru tau kalau ternyata si Helix aslinya baik dan perhatian sama Terra. Malah menurut gue, dia lebih manis dibanding Aleph. Aleph, mana pernah sepanik ini soal gue. Dia aja nggak pernah ngakuin gue kembarannya, makanya gue juga nggak mau ngakuin dia kembaran gue. Apa sebegitu jeleknya gue di mata dia?

Standar cantik emang yang kaya gimana sih? Pongo aja suka sama gue. Tapi, itu anak tumben nggak ngikut, apa mungkin lagi sama gebetannya yang lain?

Kembali ke Helix, dia ini umurnya 2 tahun lebih tua dari kita. Dia senior di SMA gue, jadi udah tau lah gimananya dia tuh. Kaya Romeo versi galaknya, banyak yang suka sama dia, inceran satu sekolah termasuk Vale. Tapi saking dinginnya, dia nggak pernah punya pacar di sekolah.

"Iya, ini juga mau pulang." jawab gue kesel dan Helix dengan mata sinisnya natap gue sama keselnya.

Helix tuh sebenci apa sih sama gue? Penasaran banget.

"Eh, tapi motornya gimana?"

"Nanti motornya gue anterin balik, yang jelas sekarang lo semua pada balik dulu. Biarin Terra istirahat, dan ada hal juga yang harus gue beresin."

"Soal Ibu lo?" tanya Aleph.

Helix mengangguk.

"Sendiri? Tanpa didampingi orang dewasa?" Dia panik.

Aleph memang suka bikin keadaan tambah ribet. Kenapa harus ada orang dewasa? Helix sendiri aja udah dewasa.

"Umur gue udah 20 tahun, dan Ayah gue ngasih tanggung jawab penuh atas Terra. Gue nggak butuh siapapun."

Gue bilang juga apa. Si Aleph sih, anaknya parnoan.

Aleph masih keliatan khawatir, karena dia masih berdiri sambil gigitin bibirnya. Gue sama Romeo udah nungguin dia, mau jadi pulang atau enggak sambil sesekali liatin Terra yang masih tidur dengan keadaan pucat. Semoga dia baik-baik aja.

"Leph, balik nggak?" tanya Romeo.

Akhirnya Aleph noleh ke arah kita dan dia ngangguk sambil jalan keluar dari kamarnya Terra.

"Tapi Hel, kalau ada apa-apa lo hubungin Zedka ya."

Ya Tuhan, apakah Aleph sudah berpaling dari Terra ke Helix? Atau ini ajang cari muka ke Helix biar dapat restunya dia? Oke, kita buktikan nanti apakah Aleph bisa bersatu dengan Terra? Haha!

"Iya, nanti gue ngontek Zedka."

Akhirnya ada kelegaan di raut wajah Aleph. Setelah itu, kita semua pulang dan gue terkejut dengan mobil barunya Romeo. Enak ya, kalau jadi anak tunggal kaya Romeo. Apa-apa langsung dikasih sama orang tuanya, ditambah dia ini dari keluarga sultan.

Romeo itu tinggi, tampan, baik dan kaya raya. Siapa yang nggak mau sama dia? Dan ternyata si pria tipe sejuta umat ini sukanya sama gue. Duh, dia tuh matanya katarak apa gimana ya. Padahal sekarang aja, gue lagi kucel-kucelnya dengan sepatu basah sedikit berlumpur. Tapi dia dengan baiknya nyuruh gue duduk di depan dan Aleph di belakang. Apa cinta sebuta itu?

Oh, Come On Twins!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang