S2 | Bab 20

347 79 16
                                    

[Zedka]

Akhirnya setelah drama yang cukup panjang, ijin pun gue dapatkan dengan menumbalkan saudara kembar tercinta. Kalau ternyata Aleph bisa gue jadikan alat, harusnya sejak awal aja gue tumbalin dia. Maaf, mungkin ini terkesan kejam, tapi sebenarnya saling menjatuhkan dan menyusahkan satu sama lain sudah lumrah bagi kehidupan persaudaraan kami.

Gue tiba di Jakarta pukul lima sore. Lumayan jetlag, dan kelaparan usai menempuh perjalanan sekitar lima belas jam. Iya tahu, di pesawat kan dikasih makan, tapi ya kira-kira aja sejenis manusia kaya gue ini cepet lapar kalau kecapean.

Akhirnya gue sama Aleph memutuskan untuk langsung pergi cari makan selepas tiba di hotel. Tujuan utama gue langsung pergi ke rumah makan padang, dengan semua lauk yang disajikan di atas meja. Baru ngebayanginnya aja udah ngiler.

"Kita makan di Rosemary aja."

Rendang, gulai otak, gulai kepala kakap, ayam balado, sambal ijo langsung lenyap dari bayangan gue.

"Ngapain ke Rosemary sih? Gue mau makan nasi padang!"

Aleph langsung meringis, sambil bergidik. Pasalnya manusia ini paling anti makan nasi padang kalau nggak dipaksa. Katanya risih harus makan nasi yang benyek becek pakai tangan. Padahal, justru disitulah kenikamatan dari menyantap nasi padang.

"Ya udah, makan masing-masing aja."

Aleph langsung melengos pergi tanpa menunggu persetujuan dari gue. Atau bahasa kasarnya, dia sengaja ninggalin gue sendirian di lobi hotel. Tapi nggak apa-apa, setidaknya gue bisa makan sepuasnya tanpa gangguan manusia ribet itu.

Setibanya gue di rumah makan padang dengan menempuh waktu sepuluh menit menggunakan ojek online, gue pun disambut ramah oleh si penjualnya.

"Makan di sini atau dibungkus?"

"Di sini."

Gue pun langsung meminta si penjual untuk menyajikan lauknya di meja. Awalnya si penjual iya iya aja. Tapi saat dia menyadari kalau gue datang sendirian, barulah dia terheran-heran.

"Apa nggak kebanyakan Mbak?"

Dengan senyum manis, gue menggelengkan kepala. Karena gue bisa menjanjikan untuk bisa menghabiskan makanannya, dan bisa membayar semua yang gue makan, akhirnya si penjual pun sedikit bernapas lega.

Saat semua makanan disajikan di atas meja, tak lupa gue mengabadikan keindahan itu lewat ponsel. Lalu gue posting di akun sosial media, selayaknya manusia kebanyakan pada jaman sekarang. Setelah itu, barulah gue bisa menikmati kenikmatan yang hakiki dari nasi padang ini.

"Mas mau dibungkus atau makan di sini?"

"Di sini, sama ayam pop ya.."

Gue langsung berhenti ngunyah, perasaan gue mulai nggak enak karena suara si Mas-mas kaya nggak asing di telinga gue. Jadi, pelan-pelan gue noleh ke belakang dan Anjrt! Jakarta sempit banget!

Gue langsung buru-buru ngabisin nasi di piring gue, karena kalau kehadiran gue ini diketahui si Mas-mas tersebut, maka ada kemungkinan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Uhuuk..uhuuk.."

Sialan! Malah keselek. Gue kelimpungan nyari gelas minum gue, tapi kenapa nggak ada di meja? Di mana gelasnya? Di mana?!

"Cari ini?"

Kampret! Sejak kapan gelas gue ada di tangan si Angry Bird? Gue nggak mau nanyain itu dulu, gue mau minum! Gue ngambil paksa gelas di tangan Helix, dan langsung minum sampai airnya habis nggak bersisa.

"Haah, akhirnya lega juga.."

"Makanya makan tuh pelan-pelan, nggak akan ada yang nyuri makanan lo juga."

Oh, Come On Twins!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang