S1 | Bab 1

1.8K 191 74
                                    

Seumur-umur gue hidup, ini pertama kalinya gue terluka sampai harus digips segala. Ini udah yang paling parah dari pas waktu gue jatoh dari sepeda bertahun-tahun yang lalu. Ditambah muka gue pakai bonyok segala.

"Eh tapi dari video yang disebar, pada diblur mukanya, dan lo udah kaya bener-bener pelaku kriminal." Ujar Mage sambil nyodorin handphonenya ke depan muka gue.

Gue nggak sampai nginep di rumah sakit, Nda bilang kita udah boleh pulang. Cuma dia ngewanti-wanti Umi buat cek luka di kaki gue dan juga nyuruh Umi buat pastiin kita minum obatnya. Nda tau banget kalau kita berdua anti sama yang namanya obat-obatan.

Nah, para perusuh ini langsung datang ke rumah pas dapat kabar kalau gue kecelakaan, mereka khawatir sama keadaan gue. Gue pikir memang sekhawatir itu, tapi faktanya mereka dateng cuma mau ngolok gue doang.

"Gue lagi enak-enak rebahan main twitter di minggu kelabu karena gerimis di komplek Artemis, terus tiba-tiba dikejutkan dengan viralnya video artis yang sedang naik daun, Renata Henzie. Eh, tapi anjing lo ya hina banget berantem rebutan cewek, turun derajat gue sebagai temen lo!"

Gue langsung lempar si Pongo pakai bantal, seenaknya aja dia ngasih asumsi.

"Gue nggak serendahan itu!"

"Ya terus kenapa lo berantem di sana? Rebutan piring hajatan? Kan nggak mungkin."

Gue memang harus lebih bersabar sama bacot anak Bekasi ini, karena mulutnya memang selalu nyerepet kaya knalpot racing. Keras iya, tapi nggak ada apa-apa nya.

"Eh ini Zedka bukan?" tanya Mage.

"Coba gue liat."

Mereka berdua fokus memperhatikan video yang sedang viral itu dan raut wajah mereka langsung tertegun seketika.

"Zedka nggak ada takutnya ngebanting orang pake gitar?" Pongo terperangah seolah tak percaya.

"Kakak gue itu nggak ada takut-takutnya. Kalau lagi nggak waras, Tuhan aja diajak debat."

Gue nggak bercanda, memang kaya gitu kenyataannya. Itu kejadiannya masih tadi sore, waktu gue nggak sengaja dengar dia ngomong sendiri di kamarnya. Dia bilang, dia kecewa sama Tuhan gara-gara terlahir kembar dan selalu dibeda-bedakan sama gue. Dia bilang, dia ngerasa usahanya buat jadi anak baik-baik itu nggak sebanding dengan kebahagiaan yang dia dapat. Dia bilang, dia benci dengan skenario Tuhan. Dia bilang, kenapa Tuhan ciptain dia kalau faktanya dia nggak mau diciptakan dengan keadaan seperti sekarang. Dan semua itu gara-gara Umi bilang ke dia, buat batalin trip trans-siberian nya.

"Dia di mana sekarang? Di kamarnya kan?" tanya Pongo.

"Iya, di kamarnya lagi sama temen-temennya."

Pongo langsung berdiri dan tak lupa rapihin bajunya.

"Jangan disamperin, lo mau diamuk?" timpal Mage.

"Tenang. Lagian gue kan sebenernya niat ke sini mau nengokin Zedka, adiknya belakangan."

Gue dan Mage sama-sama meringis. Tai banget memang ini anak, mau modus sama caper ke temen-temennya Zedka.

"Setelah gagal masuk Ivy league, gue frustasi sahabat, depresi lah ini. Tapi semenjak ketemu Zedka, harapan itu muncul kembali."

Mulai nih..

"Harapan apa?" tanya Mage, malah ditanggepin.

"Harapan untuk menjadi menantu keluarga Bolshoy!"

"Woy!" sergah gue nggak terima dan si Pongo malah ketawa ngakak sambil keluar dari kamar gue.

Mage malah ikut cengengesan sambil ngeliatin si Pongo jalan keluar, terus gue pelototin dan akhirnya dia berhenti.

Oh, Come On Twins!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang