S2 | Bab 22

358 76 28
                                    

[Zedka]

"Napas Zedka.."

Gue langsung tersadar dan mengambil napas dalam-dalam. Sialan! Si Helix sengaja ngerjain gue.

"Haaaaah!" Rasakan hembusan napas aroma nasi padang itu burung pemarah!

"Anjrit! Nggak sopan! Dasar jorok!"

Dia pikir seorang Zedka akan terjatuh pada pesona yang sengaja dia pamerkan begitu saja? Cuih! Helix, lo salah cari mangsa. Badan kurus krempeng kaya lo cocoknya masuk kandang doggy.

"Ah sorry, kelepasan."

Helix mendelik.

Ini nih yang bikin gue jijik pengen nampol. Kaya gimana gue jelasinnya kalau manusia ini tuh suka usil seenaknya tapi nanti dia sendiri yang ujung-ujungnya marah nggak jelas.

"Ngapain bengong? Jalan dong.."

"Kalau besok gebetan gue ngebatalin janjinya, lo harus tanggung jawab ya."

"Dih apaan? Kok bawa-bawa gue? Nih dengerin yah, tanggung jawab gue udah banyak, nggak usah lo tambah-tambahin. Thanks. Sekarang, mari kita pulang.."

"Gebetan gue pasti salah paham." gumamnya. Terus urusannya sama gue apa?

Kemudian Helix kembali melajukan mobilnya.

"Helix, sabuk pengaman lo pakai dulu." Gue udah baik ngingetin dia, sebagai warga Negara yang taat hukum.

"Nggak usah! Tanggung."

"Iya tanggung, kalau kecelakaan jadi nggak perlu repot lepas sabuknya. Malaikat tinggal nyeret lo masuk ke akhirat."

Langsung panik kan dia, nyari-nyari sabuknya.

"Ribet banget sih lo!" Gue gemes, sabuknya nggak bisa ditarik. Dasar si Helix oon! "Sini, biar gue aja!" Gue tarik sabuk pengamannya, seeet! Trek! "Lo sekarang aman."

Dia cuma senyum, dikit. Dikit banget kek nggak niat.

"Bilang apa?" Gue berusaha tersenyum sangaaat ramah.

"Thanks."

Singkat, padat, nggak ikhlas!

"Eh by the way gue belum kasih tau si Terra kalau udah sampai Jakarta."

"Lo kabarin juga nggak akan digubris. Si Terra lagi sibuk banget buat persiapan besok." jawabnya ketus.

Iya sih, mengingat Terra juga anaknya cukup perfectionis pasti dia lagi ribet sendiri buat ngurusin konsernya besok.

"Tapi kalau lo mau ketemu dia, ya ayo aja gue anterin."

Helix ini kayanya sakit deh, moodnya naik turun nggak tentu dalam waktu singkat. Gue yang kata si Aleph nggak waras aja nggak sampai sebegininya.

"Heh, lo ini pernah ngerasa nggak sih ada yang aneh di diri lo?"

"Gue? Nggak ada."

Iya sih, mana mungkin dia sadar. Pastinya denial.

"Lo sendiri, ngerasa nggak kalau lo itu jenis perempuan langka di antara banyaknya populasi perempuan di dunia?"

"Hmm, langka di sini konotasinya baik apa buruk?"

"Bisa keduanya, tergantung sudut pandang."

Dasar cari aman!

"Gue ngerasa dan gue menerima itu. Toh gue memang bersikap apa adanya, dan nyaman."

"Meski orang lain nggak nyaman?"

"Bodo amat! Itu urusan mereka, kenapa juga harus peduli sama gue? Urus urusan hidup masing-masing aja kali."

Oh, Come On Twins!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang