S2 | Bab 25

396 75 20
                                    

[Aleph]

"Jadi, lo ada hubungan apa sama si Helix?"

"Nggak ada!"

"Bohong!"

Gue nggak percaya kalau mereka nggak ada hubungan, masalahnya sejak kapan Helix jadi seperhatian itu sama Zedka sampai mau nolong dan bersihin pakaiannya? Kalau kaya gini, selama ini dugaan awal gue tentang dia yang suka sama Zedka itu bener. Cuma dia pintar nutupin aja. Anjg!

"Udah deh, lo nggak usah ngaco kaya gitu! Sekarang kita lagi rayain kesuksesan Terra, jadi jangan bikin suasana malah tambah canggung!"

Zedka berniat pergi ninggalin gue dan masuk ke dalam, tapi nggak bisa. Gue nggak bisa tinggal diam ngeliat si Helix yang seenaknya kaya barusan.

"Ka, janji sama gue!"

"Astaga, apa lagi Leph?"

"Gue nggak mau kalau sampai lo sama Helix.."

"Nggak! Nggak akan oke?! Puas lo?!" sela Zedka frustrasi.

Sebagai kembarannya, gue punya hak untuk ikut campur tentang kehidupan Zedka. Terutama dengan siapa nanti dia memutuskan untuk pacaran. Dan Helix dapat pengecualian besar dari gue. Ya, terserah kalau dianggap sebagai balas dendam atas perlakuan Helix ke gue selama ini, karena faktanya gue udah terlanjur benci sama dia.

Gue sama Zedka masuk ke dalam restoran, dan semua mata tertuju ke arah kita. Terutama tatapan sinis si Helix seolah nantangin gue. Sialan!

"Sekali-kali gue pengen taruhan, tentang seberapa lama mereka bertahan akur dalam satu hari." ucap Vale, nyindir kita berdua.

"Bicara dari pengalaman, nggak sampai satu jam." timpal Cia sambil ketawa.

"Punya kembaran satu, tapi bikin ribetnya kaya punya seRt." balas Zedka enteng.

Gue menatapnya sinis, dan dia cuma mendelik sambil ngacungin jari tengahnya ke arah gue.

Si Zedka ini perpaduan polos dan bodoh, jelas-jelas gue marah karena nggak terima dengan perlakuan kakak beradik yang ada di seberang meja sana. Masih aja dia bersikap acuh, nggak peka sama perasaan gue.

"Ini minum dulu."

Untung masih ada Stefi yang mau perhatian sama gue, sedangkan mereka yang katanya teman, sahabat, nggak ada yang peduli.

"Thanks."

Setelah minum gue habis, Vale menghidangkan ayam panggang dan teman-temannya di piring gue, sedangkan Star nuangin wine di gelas gue.

"By the way setelah ini rencana kalian apa? Kalau lo kan langsung pergi ke Kalimantan." ucap Vale.

"Gue pergi ke Paris, ada fashion week di sana sama pemotretan buat majalah."

Semua orang terperangah, bahkan Cia sampai menepuk tangannya karena begitu bangga dengan pencapaian Star sebagai top model.

"Gue lupa kalau kita satu meja sama selebriti. Ditambah ada musisi kita juga di sini." terang Vale sambil melirik ke arah Terra.

Terra cuma senyum. Iya, cuma senyum aja tapi cantik dan sialnya gue benci itu!

"Ada calon fotografer Nat Geo." timpal Zedka dengan halunya. Gue sikut lengannya supaya dia sadar, tapi dia malah melototin gue.

"Calon pebisnis handal, yang akan mengikuti jejak Rosemary!" Ujar Vale sambil nunjuk dirinya sendiri.

"Ih kalian nyebelin, terus apa yang harus gue banggain kalau cuma jadi ibu rumah tangga?" keluh Cia.

Oh, Come On Twins!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang