S2 | Bab 19

339 72 21
                                    

[Aleph]

"Umi, kan Ka udah besar. Ka udah bisa jaga diri sendiri. Ka pasti baik-baik aja kok selama tinggal di tengah hutan."

Zedka mulai ngerengek sambil nangis, memohon sama Umi buat ijin pergi. Sebenarnya, bisa aja Zedka kabur ke tengah hutan tanpa persetujuan dari Umi dan Abi. Dia bahkan udah siapin semua keperluannya di satu koper besar, tapi masalahnya Zedka dan bahkan gue itu anaknya sangat takut dengan kutukan Umi.

Mulut Umi udah kaya mantra sihir, bimsalabim apa yang dia ucapin suka kejadian. Ajaib!

"Ka, kamu itu nggak ada takutnya yah! Di hutan kalau dimakan macan gimana? Kalau diculik wewe gombel gimana? Kalau kamu jatuh masuk jurang gimana?!"

"Ya Umi jangan nethink dulu! Kan di sana Zedka ditemenin sama temennya Daddy!"

"Nggak bisa!" Umi langsung ngebentak Zedka, dan kayanya kali ini Umi bener-bener marah. "Abi! Pesawat kita udah siap belum di bandara?" teriak Umi sambil berlalu pergi ninggalin Zedka gitu aja.

Jujur, gue kasihan sama Zedka. Tapi di sisi lain gue mengerti posisi Umi sebagai ibu yang khawatir kalau anaknya kenapa-kenapa. Meski sebenernya gue yakin kalau si Zedka bisa beradaptasi dengan baik di habitat aslinya.

"Aleph, tolongin gue.."

Dia jalan ke arah gue yang posisinya lagi rebahan di sofa. Dia berlutut sambil nangis, dan jujur aja gue nggak tega. Akhirnya gue bangkit, dan mencoba nenangin dia yang tiba-tiba meluk gue. Ah sial!

"Ka, jangan nangis! Udah ya.."

"Gue cuma pengen ke hutan, kenapa sih Umi ngelarang gue?"

Dia nangis semakin menjadi-jadi. Ya Tuhan, baju gue!

"Ya coba lo ganti hutannya, jangan yang belantara banget."

Zedka langsung mendongak ngeliat ke arah gue. Ya Tuhan, dia jelek banget!

"Hutan apa dong?"

"Hutan konservasi, salah satunya lo bisa pergi ke taman margasatwa."

Bug!

Anjr perut gue ditonjok!

"Kalau pergi ke sana buat apa? Vibes yang gue cari kan alam liarnya."

Terserah deh, perut gue sakit. Mana baju gue jadi kotor lagi kena lelehan foundi sama lipstik si Zedka. Ini kalau gue ributin, bisa habis gue dihantam sama gorila gila.

"Ya udah sana, cari solusi sendiri!" Gue dorong dia supaya lepasin pelukannya dari gue. Tapi ini gorila malah nggak mau lepas, dan dengan wajah memelas dan mata yang kembali berkaca-kaca bikin gue iba. "Terus gue harus gimana?"

"Bujuk Umi, lo kan anak kesayangan dia. Pasti kalau lo bujuk, Umi luluh."

Gue kesel banget sama Zedka. Dia tuh kalau udah ada maunya suka bikin orang lain pusing kepala. Untung gue orangnya sabar. Eh salah! Kurang sabar apa lagi gue ngadepin kembaran super rewel kaya Zedka?

Sekali ini, gue harus bikin perhitungan sama dia.

"Oke gue mau bujuk Umi. Tapi kalau gue berhasil, lo harus penuhin permintaan gue."

Dia kelihatan ragu-ragu, matanya menelisik curiga kalau gue pasti bakalan minta hal aneh-aneh sama dia. Dan kecurigaannya itu memang benar, ya kali gue nggak mau memanfaatkan keadaan yang menguntungkan ini.

"Ah males.."

Si Zedka langsung berdiri dan menjauh dari gue.

"Ya udah, kalau begitu selamat bergalau ria."

Oh, Come On Twins!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang