9> Dia Berubah?

3.3K 142 3
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak ya guyss, vote dan komen🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa tinggalin jejak ya guyss, vote dan komen🤗

"Di depan semua media saat ini, saya meminta maaf sebesar-besarnya padamu Anjani. Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Saya berjanji akan lebih bertanggung jawab," ucap Bian. Kalimat tegas yang membuat semua penghuni aula terdiam. Terutama Anjani, ia tak menyangka Bian mampu merubah sikapnya dalam satu hari. Namun, Anjani akui jika Bian mengatakan itu hanya untuk mencegah nama baiknya tercemar.

"Dan sebagai bentuk pertanggungjawaban saya atas kesalahan kemarin. Saya bersedia menanggung semua biaya pengobatan kakimu sampai pulih."

Tunggu. Apakah ada sesuatu yang mengganjal telingnya? Anjani sulit percaya ini. Di satu sisi ia menghormati permintaan Bian yang pertama. Entah untuk yang kedua ini Anjani pikir sangat berlebihan.

"Pak." Anjani menyela dan Bian langsung menggeleng cepat. Berbeda dengan Clara, gadis itu tersenyum lebar menatap Bian. Meski ia tidak terlalu mengerti apa maksud perkataan pria itu sebenarnya.

Suara riuh serta tepuk tangan pun mulai bersahutan. Bidikan demi bidikan kamera menyorot Bian. Mereka seolah sangat mengapresiasi tindakan pria itu.

"Saya tidak terima bentuk penolakan apa pun. Mulai besok, saya langsung menyiapkan dokter khusus untukmu," lanjut Bian. "Itu janji saya untukmu di hadapan mereka semua."

"Bu Ani."

Kilasan momen itu berakhir dibenak Anjani saat seseorang dari arah belakang memanggil namanya.

Anjani menoleh. Ia lantas mendapati Bi Ratih bersama Clara berjalan mendekat.

"Ayo kita pulang." Anjani ragu berapa menit sudah mereka berdiri di sana. Mungkin lumayan lama, sayang karena keasikan melamun Anjani baru mendengar namanya dipanggil. Sekarang mereka berada di ruangan Vanya. Sekretaris Bjan itu katanya ada urusan dan entah kenapa belum balik juga. Anjani menunggu di sini karena Vanya menyuruhnya.

"Bunda mikirin apa?" Nah benar, kan. Ternyata Clara begitu peka terhadap perasaannya. "Tadi dipanggil nggak nyahut-nyahut."

"Enggak ada kok." Anjani menggeleng pelan. Dengan satu tangannya yang tak memegang tongkat ia mengusap rambut Clara penuh sayang. "Kamu juga, tadi kemana aja sama bi Ratih?"

"Jalan-jalan keliling gedung sama Om Bian sama bi Ratih. Aku juga dikasih satu dus susu kotak sama Om Bian," ucapnya membuat Anjani membulatkan mata.

"Sa-satu dus?" Ia tak percaya.

Clara mengangguk lugu. "He em. Om Bian ternyata baik. Bunda tanya aja deh sama Pak Romi. Tadi dia yang bawa sedus susunya ke mobil kita."

"Kenapa dia tiba-tiba begitu baik sama anakku?" gumam Anjani. Aneh sekali rasanya sikap Bian hari ini. Padahal sebelumnya Bian sangat risih berada dengan keberadaan Clara.

Janda Lumpuh Milik CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang