Jangan lupa tinggalin jejak ya guyss, vote dan komen🤗
Anjani kaget mendengar pengakuan Bian, ia menatap pria itu dengan alis bertaut. Tidak mengherankan sebenarnya jika seseorang tidak bisa berenang, tapi mendengar kata 'takut kedalaman air' sangat jarang Anjani temui.
Dan Bian jadi orang pertama yang Anjani ketahui mengenai kondisi trauma seperti itu. Baginya ini langka.
"Saya takut, cemas, dan gemetaran ketika melihat kolam, danau, atau sejenisnya yang punya kedalaman," aku Bian dengan wajah sendu. Tersirat kesedihan dari matanya. "Lalu kalau saya memaksakan diri untuk berenang, saya akan sulit bernapas."
Dulu Anjani tak pernah sekasihan ini pada pria itu. Kiranya pria seukuran Bian terlampau mustahil memiliki masalah yang rumit, mengingat Bian punya segalanya; wajah tampan, cerdas, dan harta yang sepertinya tak akan habis hingga tujuh turunan.
"Kamu tahu kenapa?" Pula Bian rasanya tak pernah seingin ini menceritakan beban hidupnya kepada seseorang. Ia selalu menyimpan rapat-rapat rahasia hidupnya, sekalipun pada ibunya. Pria itu menghembuskan napas berat.
Anjani menggeleng pelan.
"Waktu kecil seseorang pernah berusaha melenyapkanku di dalam kolam."
Anjani menegang terkejut. "Bapak serius?"
"Hm. Sampai sekarang aku tidak tahu apakah manusia sialan itu masih hidup. Padahal aku ingin sekali melenyapkannya," sahut Bian sendu. Ia sedikit mendongak menatap Anjani, "Kamu tidak percaya?"
"Emhh." Anjani terdiam. Ada sedikit keraguan yang ia simpan.
"Yasudah kalau tidak, ya tidak masalah. Saya hanya ingin bercerita," sahut Bian.
"Saya percaya kok." Akhirnya Anjani pun memantapkan hatinya percaya pada pria ini. Lagipula Bian tak mungkin berbohong sampai mempertaruhkan nyawanya sendiri.
"Memangnya bapak ingat bagaimana rupanya?"
"Tentu ingat, apalagi saat hendak tenggelam selalu wajahnya yang muncul di pikiranku."
"Kasihan."
Bian terkekeh pelan. "Kamu diam-diam saja yaa. Jangan sampai orang lain tau."
Anjani mengangguk pelan, lalu tanpa disangka ibu jari Bian terangkat mengelus pipi wanita itu. Anjani hendak memundurkan kepala tetapi tangan Bian yang lain menahannya.
"Pipi kamu hangat," ucap Bian dengan senyum memesona. Berharap Anjani akan luluh melihat wajah tampannya.
Namun dengan pelan Anjani justru menurunkan tangan Bian dari pipinya. Tersenyum masam.
"Bapak sengaja kan menggoda saya biar saya kalah duluan? Hayooo."
Ekspetasi kemenangan Bian hancur seketika. Wanita ini benar-benar sulit ditaklukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janda Lumpuh Milik CEO
Romance[21+] Anjani Zelena hanyalah seorang wanita biasa, bahkan boleh dikata kurang sempurna. Karena kecelakaan tragis dua tahun lalu yang bukan hanya merenggut nyawa sang suami,tapi juga fungsi salah satu kakinya. Bersama sang malaikat kecilnya-Clara, An...