13> Strange Request

2.7K 122 0
                                    

Vote dan komen oghey😉

Jangan lupa tinggalin jejak ya guyss, vote dan komen🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa tinggalin jejak ya guyss, vote dan komen🤗

"Oh ya, apa aku terlalu memberatkanmu? Maksudku kamu kan memakai tongkat, melangkah saja pasti sulit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh ya, apa aku terlalu memberatkanmu? Maksudku kamu kan memakai tongkat, melangkah saja pasti sulit. Apa perlu aku persiapkan supir khusus untuk menjemputmu setiap siang?" tanya Bian, kembali membuka pembicaraan setelah perhatian Clara hanya tertuju pada Fio. Akhirnya anak itu diam juga. Memang kadang Bian kesal ketika Clara terus saja mengoceh apalagi menyindir dengan mulut jujurnya.

Mata Anjani melebar mendengar pertanyaan Bian, ia menggeleng cepat isyarat menolak. Lagi-lagi pria itu berlebihan, pikirnya. "Nggak usah, pak. Tapi kalau bapak mau, bapak sebaiknya persiapkan supir khusus, bukan menjemputku tapi mengambil makanannya saja, karena hanya minggu ini saya ada waktu luang untuk ikut mengantarkan."

Lain maksud Anjani dia akan selalu menolak tawaran Bian. Tetapi mengingat pria itu memiliki banyak kesibukan, pasti akan sangat merepotkan.

Bian menangkap ketidaknyamanan dari raut Anjani. Dia lantas mendengus pelan, "Tidak bisa. Aku hanya ingin menerima masakan itu langsung dari tanganmu dan juga makan tepat di hadapanmu," katanya bersikukuh.

"Tapi—"

"Memang kesibukan apa yang kamu punya minggu depan? Serahkan semuanya padaku. Aku akan mengirim orang-orang kepercayaanku agar mengatasinya."

Sontak Anjani dibuat membungkam. Dia kebingungan harus menjawab apa. Menolak lagi pun rasanya agak canggung. Anjani herannya, kenapa Bian begitu ingin ia yang selalu membawakan makanan untuk pria itu? Padahal menitip kan bisa. Lagipula Bian sudah tau bahwa Anjani memiliki toko kue yang kerap kali ia kontrol tiga kali seminggu.

"Minggu depan Clara kembali sekolah dan setiap siang saya selalu menjemputnya, pak," papar Anjani. Bian menelan makanannya lalu tersenyum meremehkan.

"Gampang."

Anjani mengerjapkan matanya heran.

Dan tangan pria itu tiba-tiba bergerak menelpon seseorang, "Cepat datang ke ruanganku," perintah Bian dalam tiga detik. Yang membuat Anjani ragu apakah orang yang ditelpon sudah menjawab atau tidak. Bian langsung mengakhiri panggilan.

Janda Lumpuh Milik CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang