20> Secret Boss (2)

2.4K 112 3
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak ya guyss, vote dan komen🤗

"Saya ingin mendengar kejujuran dari mulut kamu," ucap Bian memegang lengan Anjani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saya ingin mendengar kejujuran dari mulut kamu," ucap Bian memegang lengan Anjani. Menahan wanita itu untuk tidak menghindar dari tatapan matanya. Ia heran kenapa wanita itu lebih memilih berbohong, ketimbang jujur. Toh, apa masalahnya? Ia malah senang mengetahui Anjani rela melakukan hal tersebut untuknya.

"Itu... tadi saya jujur kok. Hehe." Anjani menyengir, menggaruk tengkuk salah tingkah.

"Benarkah?" Bian menarik kursi roda Anjani lebih mepet ke ranjangnya. Anjani tergelak. Tubuh Bian bergeser 90 derajat menghadap wanita itu. "Coba katakan lagi sambil menatap mataku."

"Saya ... " Anjani terdiam menatap ke bawah,  merasa sangat ragu mengatakannya.

Bian menaikkan dagu wanita itu hingga tatapan mereka bertemu, "Kamu memberiku napas buatan hm?"

"Hah? Ba-bapak tau darimana?"

"Wanita tua itu. Dia yang memberitahuku." Bian mengernyitkan kening seraya bersedekap.

Hanya melihat tatapan pria itu sekilas saja membuat Anjani meremang, "Maaf... saya lancang udah berani nyentuh bapak. Tapi, saya nggak punya pilihan lain karena bapak sedang sekarat."

Satu detik, dua detik, hingga detik kelima Bian belum memberikan respon sama sekali. Pria itu hanya menatap Anjani intens tanpa kata-kata.

"Dia polos sekali sih?"

Anjani menelan salivanya susah payah, moment menunggu sahutan Bian ini sangat menegangkan. Akankah pria itu marah?

Lalu Bian merespon dengan ekspresi yang belum pernah Anjani duga sebelumnya.

"Hahahahahahah," Pria itu tertawa, tawa yang lepas tanpa ada jaim-jaimnya. Anjani mengerjap, memang apa yang lucu?

Namun tiba-tiba...

"Uhkk uhkk. Arghh. Batuk sialan!" Bian tersedak tawanya sendiri.

"Makanya pelan-pelan ketawanya pak." Anjani lekas-lekas menyodorkan segelas air putih. "Ayo diminum."

Bian langsung menerima gelasnya, diminumnya sampai tandas. Dan usai itu ia melirik Anjani, diam-diam wanita itu mengulum senyum.

"Kamu mengejekku?"

"Enggak kok. Bapak suudzon mulu deh."

Bian melipat tangan di bawah dada, seolah tak jera dia kembali berekspresi marah. "Saya nggak bisa memaafkan kamu untuk hal ini. Kamu berani mencium saya sedangkan saat saya menawarkan diri kamu malah menolak."

Apa katanya? Mencium?

Anjani memutar bola matanya jengah, "Pak, kan saya tadi baru bilang waktu itu bapak sedang sekarat, jadi saya nggak punya pilihan. Toh, saya nggak berniat sedikitpun buat nyium bapak."

Janda Lumpuh Milik CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang