Vote dan komen oghey😉
Bian terkejut melihat Anjani datang bersama Clara. Matanya membulat namun beberapa detik setelahnya Bian berdehem lalu menormalkan ekspresi. Ditambah Clara tiba-tiba melompat dan memeluknya.
"Om Bian!" seru Clara. Anjani hendak menahan anak itu tapi terlambat. Ia hanya bisa menarik tangannya kembali ketika Clara terlanjur memeluk Bian begitu erat. Anjani memohon maaf.
"Tidak apa-apa," kata Bian. Ia balas memeluk Clara lalu mengusap kepala anak itu. Clara menyengir lebar. Anjani mendengus pelan.
Bram tersenyum menatap Anjani dan mereka pun melangkah mengeluari lift disusul Bian serta Clara. Mereka menepi untuk berbincang-bincang.
Anjani merasa dia datang di waktu yang salah. Melihat Bian sepertinya sedang sibuk bersama rekan kerjanya. Anjani pun menyembunyikan tangannya yang memegang rantang ke belakang punggung. Ia sangsi bagaimana reaksi Bian ketika Bram mengetahui apa alasannya datang ke sini.
"Bagaimana kabarmu Anjani?" tanya Bram pada wanita itu.
Anjani tersenyum kikuk, setelah sebelumnya ia melirik sekilas ke arah Bian yang menatapnya datar, "Saya baik, pak."
"Baguslah. Ada keperluan apa kamu datang ke sini?" tanya Bram membuat Anjani seketika bungkam. Berbeda pada Bian yang menyipitkan matanya ke arah wanita itu, seolah mengisyaratkan pada Anjani bahwa ia mesti tutup mulut.
Anjani mengangguk-anggukan kepalanya untuk Bian, kemudian menatap Bram, "Anu... saya—"
Bian segera memotong sebelum Anjani salah bicara, "Saya yang memintanya, pak."
"Bunda membawakan makan siang buat om Bian!" ungkap Clara semangat. Seketika Bian mengusap wajahnya dengan geram. Sialan anak ini! Gara-garanya ia mati kutu sekarang. Bian menatap Clara dengan wajah kesal alhasil gadis itu pun menunduk takut.
Bram tertawa lalu menakutkan alis, "Benarkah anak manis?" tanyanya pada Clara. Kemudian tertawa konyol menatap Anjani, "Kenapa tidak membawakan sekalian untukku? Kebetulan aku juga sedang lapar. Oh ya, tumben sekali Bian menerima masakan rumahan. Padahal dulu dia selalu bilang tidak akan level makan makanan buatan wanita lain selain ibunya."
Bian mendecih dalam hati. Ia tahu Bram sedang mengejeknya saat ini. Bian membuang pandangan kusut.
Anjani menampilkan raut bersalah, sekaligus polos, "Maaf. Tapi bapak boleh kok ikut makan bersama Pak Bian. Saya lumayan banyak bawa—"
"Ekhem." Bian berdehem menghentikan ucapan Anjani. Wanita itu sontak terdiam.
"Bagaimana kalau mengajak teman bapak yang lain saja makan di luar? Saya ada keperluan mendesak dengan Anjani. Maaf sebelumnya," tutur Bian sopan, meredam kekesalan.
Bram pun mengangguk saja tanpa menaruh rasa curiga, namun senyum konyolnya terus saja terlontar pada pria itu, "Ya sudah tidak apa-apa. Kalau begitu aku juga permisi. Nikmati waktu makan kalian. " Ia lalu menatap Anjani dengan senyuman, "Sampai bertemu lagi Anjani."
KAMU SEDANG MEMBACA
Janda Lumpuh Milik CEO
Romance[21+] Anjani Zelena hanyalah seorang wanita biasa, bahkan boleh dikata kurang sempurna. Karena kecelakaan tragis dua tahun lalu yang bukan hanya merenggut nyawa sang suami,tapi juga fungsi salah satu kakinya. Bersama sang malaikat kecilnya-Clara, An...