30 > Awal Keterbukaan

4.6K 130 0
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak ya guyss, vote dan komen🤗

Bian sudah biasa meladeni banyak wanita yang mencoba mendekatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bian sudah biasa meladeni banyak wanita yang mencoba mendekatinya. Ada banyak nama seperti Bella, Alana, Jessie dan masih banyak lagi. Namun yang paling kebal dengan penolakannya adalah si wanita penyihir bernama Laura.

Lalu bagian terpenting yang perlu digaris bawahi ketika wanita-wanita itu berusaha mengambil hatinya adalah, Bian tak pernah tertarik sedikit pun pada pesona yang mereka tunjukan. Sekali pun untuk meluluhkan hatinya dengan menonjolkan kebaikan, mereka jauh dari kata 'dekat'.

Akan tetapi, kali ini Bian menemukan banyak perbedaan ketika bersama Anjani. Tanpa susah payah wanita itu untuk mengambil perhatiannya, Bian sudah tersihir oleh kebaikan hatinya.

Bertatapan selama puluhan detik sembari memegangi bahu wanita itu, Bian mengamati wajah mulus Anjani, hidung kecil yang mancung, serta mata bulat dengan bulu yang lentik, memunculkan perasaan hangat dalam raga Bian. Ia tak tahu mesti menyebutnya apa.

"Makasih ya pak," ucap wanita itu membuyarkan lamunannya. Anjani tersipu sekilas, segera berdiri lebih tegap lalu tangan Bian pun menyingkir dari bahu wanita itu.

"Eh ya sama-sama. Kamu tidak papa?" Bian menormalkan ekpresi, dia malu jika bersikap salah tingkah.

"Ya kan tadi ditolongin bapak."

Lah bener juga, bisa-bisanya Bian bertanya seretorik itu.

"Hmm. Berjalanlah lebih hati-hati."

Anjani mengangguk. Dia berdiri di belakang Bian, pintu liftpun tertutup ketika Bian menekan tombol nomor dua. Namun, sorot Bian tak lepas pada Anjani yang setia mengagumi isi lift. Wajar, mungkin wanita itu baru pertama kali memasuki lift seindah ini, bagaimana tidak? Bagian dindingnya dilukis dengan tema Galaxy.

"Baiknya kamu di depan, biar saya yang jaga di belakang," ucap Bian, Anjani langsung mengangguk dan mereka pun bertukar tempat.

Menatap punggung kecil wanita itu Bian tersenyum geli, Anjani ini sungguh berbeda dari kebanyakan wanita yang mendekatinya. Kalau wanita lain berlomba-lomba memakai pakaian seksi di depannya, Anjani lain, wanita itu justru selalu memakai pakaian panjang tertutup bahkan sampai mata kaki.

Namun, penampilan wanita bertongkat itu tetap terlihat cantik nan anggun.

Tidak sampai semenit liftnya pun berhenti di lantai dua, pintu lift terbuka, Anjani melangkah keluar lebih dulu disusul Bian.

Mereka disambut tiga pelayan yang menjaga ruangan ini.

"Ruangan di lantai dua terdiri dari tiga kamar, satu ruang tamu, satu dapur dan satu ruang seni pribadi. Kamu ingin melihat yang mana dulu An?" ungkap Bian menjelaskan. Anjani mengangguk paham.

"Duh banyak ya pak. Cakep-cakep lagi. Saya bingung jadinya hehe." Anjani menyengir, "Kalau ruang seni sifatnya pribadi, berarti saya boleh nggak nih mau lihat?"

Janda Lumpuh Milik CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang