Play Music Jaz - Luluh🎵
Anjani baru belanja kebutuhan pangan, ia akan memasuki dapur untuk menaruh semua sayurannya, tetapi langkahnya berhenti saat samar-samar terdengar suara minta tolong dari arah kolam renang. Sontak wanita itu termangu dan menjatuhkan plastik belanjaan ke lantai. Ia ingat pagi tadi, bi Ratih sempat mengatakan padanya bahwa Clara ingin berenang.
"Anakku?" gumamnya cemas.
Buru-buru wanita yang mengenakan dress tunik putih itu menggerakan tongkat menuju kolam, setibanya Anjani terkejut bukan main karena yang ditemukannya adalah Bian.
"Astaga Pak Bian!"
Anjani lihat pria itu kesulitan muncul ke permukaan, atau ralat, Bian mungkin tidak bisa berenang.
"To-tolong akh--"
Anjani menggigit bibir bawahnya cemas. "Coba berenang ke tepi pak."
"Ti-tidak. Hmpph. Tolong Anjani." Pria itu berulang kali nyaris tenggelam, berulang kali pula muncul ke permukaan demi mengambil napas. Anjani semakin takut karena ketinggian air kolamnya cukup membuat siapa pun yang tidak bisa berenang mungkin tenggelam.
"Sa-saya tidak. Akh... "
Di saat inilah otak Anjani berpikir keras. Mencari cara agar bisa menyelematkan Bian. Memanggil pak Romi? Tidak-tidak, itu adalah pilihan yang sangat membuang waktu.
Namun akhirnya keputusan besar diambil oleh Anjani. Dengan penuh keyakinan ia menjatuhkan tongkat, menanggalkan dressnya menyisakan tank top putih serta celana hot pants hitam, wanita itu menceburkan diri.
Meski dengan gerakan satu kaki yang terbatas, rasa keram yang mulai melitit kaki kanannya, Anjani berhasil meraih tubuh Bian dan menyeret pria itu ke tepi kolam. Pada permukaan yang kering, Anjani membaringkan tubuh laki-laki itu sekuat tenaga.
Terdengar seperti sebuah kemustahilan.
Namun itulah kenyataan.
Uhk.
Bian terbatuk dan memuntahkan air. Wajah pria itu memucat, tubuhnya lemas serta tangannya begitu dingin.
"Bertahan pak." Anjani terus memompa dada pria itu. Berharap Bian mampu mengambil napas dengan normal.
Uhk.
"A-ani..." lirih Bian terdengar sangat lemah.
Dan satu lagi keputusan besar yang tak pernah Anjani pikirkan sebelumnya, ia menutup hidung pria itu, membuka mulut Bian lalu menyatukan mulut mereka untuknya memberikan napas buatan.
***
"Majikan saya nggak papa kan, Dok?" tanya Bi Ratih pada dokter Aresta. Mereka berada di kamar Anjani. Majikannya itu terbaring lemah di kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janda Lumpuh Milik CEO
Storie d'amore[21+] Anjani Zelena hanyalah seorang wanita biasa, bahkan boleh dikata kurang sempurna. Karena kecelakaan tragis dua tahun lalu yang bukan hanya merenggut nyawa sang suami,tapi juga fungsi salah satu kakinya. Bersama sang malaikat kecilnya-Clara, An...