Jangan lupa tinggalin jejak ya guyss, vote dan komen🤗
"Le-akh lepas... Bi," rintih Laura. Dia memegangi kedua tangan Bian guna menahan pria itu mencekik lehernya lebih kuat. Alhasil, nyaris bermenit-menit Laura merasa oksigennya kian menipis. Laura tak habis pikir kenapa Bian mendadak datang lalu langsung mencekik lehernya.
Menyepelekan rintihan wanita itu Bian justru menguatkan cekikannya, bahkan dia sampai mendorong Laura membuat wanita itu terpaksa berjalan mundur hingga punggungnya menyentuh tembok.
"Tidak akan, sebelum kamu mengakui semuanya di hadapanku penjahat!"
"I-iya akh.. aku... ngaku." Laura tidak punya pilihan. Bian sepertinya sudah tidak waras! Pria itu bisa saja membuatnya meregang nyawa.
Melepaskan cekikan dari leher Laura dengan kasar, Bian berucap, "Apa pengakuanmu? Cepat katakan sekarang!"
Masih dengan wajah memucat dan mulut terbatuk hebat, Laura menghirup oksigen sebanyak mungkin. Tubuh wanita itu meluruh ke lantai.
Uhk uhk.
"Sakit Bi. Kamu nyakitin leher aku. Kamu tega banget sih," ujar Laura minta dikasihani.
Bian memutar bola matanya jengah, "Jangan mencoba berbasa-basi denganku Laura. Atau kamu akan menyesal," bentaknya.
"Sebenarnya aku nggak mengerti kamu ngomong apa, Bi." Laura kembali berdiri setelah napasnya kembali normal. Mukanya polos minta ditampol.
"Munafik! Berhenti mengelak saat aku sudah tau semuanya." Bian jijik sekali dengan wanita di hadapannya ini. Selalu saja berakting demi menghindar dari masalah yang ia perbuat sendiri.
"Tau apa sih?!"
Geram sok tidak tahu Bian kembali mencekik wanita itu, "Akhh. I-iya akh lepas..."
Bian melepaskan, kemudian Laura hendak lari dan berteriak.
"Satpam!"
Beruntung Bian menghalangi wanita itu dan mendorongnya lagi ke tembok. Bian mengunci tubuh Laura dengan kedua tangannya.
"Bodoh!" Mata Bian mengkilat marah. "Satpammu itu sudah kulenyapkan. Jadi jangan coba-coba memanggil siapa pun karena tidak akan ada seorang pun yang menolong."
Laura terdiam ketakutan. Hawa tubuhnya terasa panas tetapi keringat dingin dari pelipisnya bercucuran.
Bian menggebrak tembok di sampingnya. "Cepat akui kesalahanmu, Lau. Sebelum aku berbaik hati memanggilkan polisi. Pilih mana hm?"
"Polisi?" Laura terbelalak. "Bi jangan pleasee. Jangan panggil polisi. Aku nggak mau dipenjara," ujarnya menundukkan wajah. "Aku mengaku aku yang merencanakan tabrak lari Clara. Tapi bukan aku yang menabraknya, Bi."
Bian berdecih, "Benarkah? Lalu siapa orang yang ada di dalam mobil itu? Orang suruhan?"
Laura menggeleng tanda tak mau menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janda Lumpuh Milik CEO
Romance[21+] Anjani Zelena hanyalah seorang wanita biasa, bahkan boleh dikata kurang sempurna. Karena kecelakaan tragis dua tahun lalu yang bukan hanya merenggut nyawa sang suami,tapi juga fungsi salah satu kakinya. Bersama sang malaikat kecilnya-Clara, An...