28 > Rival

2.2K 99 4
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak ya guyss, vote dan komen🤗

"Shttt pak, bapak ngelamunin apa?" bisikan disertai sikutan itu membuyarkan pikiran Bian, ia menegapkan punggung dan menatap Vanya yang duduk di sampingnya dengan linglung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Shttt pak, bapak ngelamunin apa?" bisikan disertai sikutan itu membuyarkan pikiran Bian, ia menegapkan punggung dan menatap Vanya yang duduk di sampingnya dengan linglung. Suasana ruang meeting pun menghening ketika semua karyawan menatap pria itu.

"Hah? Apanya?" Bian semakin terheran.

"Itu loh pak lihat ke depan."

"Ekhem."

Deheman yang lantas membuat Bian mematuhi Vanya, pria itu menatap ke depan, menelan saliva kasar kala Pak Bram menatapnya cukup sinis. Sial! Bian merutuki kebodohannya melamun di tengah moment meeting. Bisa-bisanya pikirannya terlintas oleh seseorang dalam keadaan penting seperti sekarang.

Menstabilkan ekspresi agar tetap terlihat santai, Bian berdehem singkat lalu bersikap layaknya CEO profesional.

"Maaf pak. Saya kehilangan fokus. Bisa diulang pertanyaannya?"

Pak Bram menggelengkan kepalanya beberapa detik tanda kecewa pada teledornya Bian. Untung saja pria itu berbaik hati oleh karenanya pak Bram bersedia mengulang pertanyaan yang sebelumnya ia lontarkan pada rekan bisnisnya itu.

Syukurlah ingatan Bian mampu diajak kerja sama, alhasil, ia mampu menjawab pertanyaan Bram dengan hasil yang memuaskan. Ya, pertanyaannya tidak lain seputar rencana produk baru yang tadi dipresentasikan oleh Bram.

Meeting pun selesai dua puluh menit kemudian, sebagian karyawan telah mengeluari ruangan sebagian lagi masih di dalam. Salah duanya yakni Bram dan Bian.

Bian tetap di posisinya tadi, pria itu tampak sibuk mengetik sesuatu di laptop, manakala Bram berjalan menghampiri.

"Masih sibuk Bian?"

Bian mengangkat sedikit kepalanya pada Bram yang berdiri di sampingnya, "Ah tidak. Aku hanya merevisi sedikit dokumenku," ucapnya. Bram mengangguk cepat.

Bian mengalihkan sebentar atensinya dari laptop, pria itu melanjutkan obrolan, "Ngomong-ngomong saya suka rancangan produk baru dari bapak. Mengingat di jaman digital sekarang fashion seperti itu berpotensi besar untuk banyak diminati."

"Oh tentu." Bram tersenyum bangga. Namun, sesaat setelahnya senyum itu berubah mengejek, "Tapi pasti akan lebih bagus lagi kalau tadi kamu memperhatikan presentasiku dengan baik."

Bian langsung kicep, dia tersenyum kikuk. Dasar Bram, kadang pria itu suka sekali mengulik kesalahannya.

Bram mengernyit, "Tumben. Apa yang mengganggu pikiranmu sebenarnya. Ini kali pertama aku melihatmu melamun di tengah meeting."

Toh, tak mungkin untuk mengatakan yang sebenarnya, Bian pun menggeleng, berbohong, "Tidak ada. Saya hanya ceroboh tiba-tiba memikirkan sesuatu yang sebenarnya tidak penting."

"Apa itu?"

"Sebaiknya kita lupakan saja pak."

Bram manggut-manggut setuju, "Baiklah, aku tidak tertarik juga dengan urusan pribadimu." Usainya netra pria itu menatap sekeliling, seolah ada seseorang yang Bram cari.

Janda Lumpuh Milik CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang