Bagian 37

151 8 0
                                    

"Bertanyalah padanya. Kau tahu Mom bukan hanya bekerja sebagai dokter."

Perkataan James malam itu terus mengiang-ngiang di benak Alex. Apa yang harus dia lakukan? Mempertanyakan kembali apa yang sebenarnya terjadi?

Atau mempertanyakan keadaaanya? Karena nampaknya semua orang mulai khawatir melihat keadaan Alex akhir-akhir ini. Dia sadar, namun tetap saja Alex menganggap dirinya tidak gila. Apa yang di lihat Alex adalah kenyataan. Dia tidak akan tinggal diam sampai semua pertanyaan di pikirannya terjawab.

Sore itu, tidak banyak yang dia lakukan. Tidak ada tugas antar-jemput Meagan, karyawan cafenya kembali pada formasi utuh, dan satu-satunya hal yang dia lakukan adalah hanya terdiam diri, seperti biasanya duduk di pojok sisi barat cafenya yang mengarah ke dekat jendela. Sembari ia menenggelamkan tubuhnya di atas sofa, sembari bermain-main dengan ponselnya.

Alex terkesiap ketika ia merasakan sedang mengetuk jendela, ia mencoba memastikannya. Sean melambaikan tangannya sembari tersenyum.

Alex mendengus, membiarkan Sean tanpa memberikan pergerakan apapun. Alex memperhatikan Sean yang sedang berjalan memasuki pintu café.

Ryan dan Chris menyapanya seperti biasa. Alex memperhatikan Sean yang berjalan menghampirinya.

Tunggu.

Dia merasakan ada sesuatu yang aneh dari Sean. Pria itu mungkin bisa memberikan senyuman selebar-lebarnya pada Alex, namun—dia tahu ketika sesuatu menahannya.

Alex merasakan adiknya itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Alex melihat kesedihan di raut Sean. dan Sean tidak pandai menyembunyikannya.

Sean menghempaskan tubuhnya di samping Alex. Ia memejamkan matanya, tanpa memberikan pergerakan lagi.

Tadinya, Alex ingin menggodanya. Namun, sepertinya Sean baru saja melewati hari yang berat.

"Ada apa?"

"Tidak ada apa-apa." Jawab Sean singkat.

"Lapar?"

"Tidak juga," jawab Sean singkat.

"Mau minum kopi? Atau teh panas?" Sean mendengus.

"Tidak Alex, terima kasih. Aku tidak ingin apa-apa." Alex meninggikan pundaknya sembari menurunkan bibir bawahnya.

Alex menyipitkan kedua katanya. Mencoba menerka-nerka apa yang sedang di pikirkan oleh Sean. Matanya membulat ketika ia telah mendapatkan jawaban alasan Sean menjadi mendadak murung.

"Oh, aku tahu! Ini pasti karena kau gagal untuk mengantar Judy pulang kerumahnya. Lalu, kau mencoba untuk meminta maaf padanya. Namun, Judy menolaknya karena kau...."

"Sungguh, Alex?" ujar Sean memotong perkataan Alex, membiarkan mulut Alex yang masih mengerucut.

"Yaa.. sebenarnya aku juga tidak tahu. Tapi, jika memang karena hal itu, aku bisa mengerti. Ya setidaknya kau sudah mencoba."

Perlahan Sean menoleh ke arah Alex. Dilema melandanya. Entah apa yang harus dia katakan pada Alex.

Mengatakan yang sejujurnya kalau dia telah bertemu dengan Alaia? Tidak mungkin! Petaka akan menimpanya hari ini juga. Masalahnya dengan Judy saja belum selesai.

"Baiklah, aku tidak akan memaksa lagi," ujar Alex kembali terdiam.

"Kau masih mempunyai banyak waktu untuk bercerita, Sean."

"Oh, Alex! Diamlah!" Sean mendengus kesal. Alex tidak memberikan pergerakan.

Matanya kini terfokus kepada buku menu, memikirkan sesuatu yang ia buat untuk Sean. Dia masih menunggu sampai Sean menyerah, dan menceritakan apa yang sedang terjadi padanya.

When I'm Gone (Completed) | Love SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang