When I'm Gone (Completed) | Love Series

Bagian 27

"Semua Orang Layak Mendapatkan Kebahagiaan"

Baik Alex maupun Danielle sama-sama terdiam selama perjalanan menuju sekolah. Danielle sibuk bermain dengan ponselnya, sedangkan Alex mengerahkan semua pergerakan matanya pada jalan raya yang cukup padat.

Mulut Danielle tidak hentinya berkomat-kamit. Entah apa yang sedang dia gerutukan. Kedengarannya memang tidak baik. Terdengar bunyi sambungan telepon, membuat Alex melirik Danielle seketika.

"Oh, tidak! Jangan kau lagi, aku sudah muak denganmu," pekik Danielle frustasi. Danielle membiarkan ponselnya terus berdering. Tidak di pungkiri Alex sedikit terganggu karena itu. Dia kembali melirik Danielle, seketika wanita itu mendapati tatapan Alex yang mengartikan bahwa dia harus mengangkat panggilan itu seketika.

"Kau ingin aku mengangkatnya?"

"Aku hanya ingin kau mematikannya jika memang kau tidak ingin mengangkatnya." Jawab Alex tanpa mata memandang. "Jika aku boleh jujur, nada panggilanmu menganggu pendengaranku, Danielle," sambung Alex yang kini benar-benar sudah tidak tahan lagi dengan suara nada dering panggilan dari ponsel Danielle itu.

Danielle tertawa kecil, ketika hendak menolak panggilannya, bunyi nada dering itu berhenti. Danielle menghela napas lega. Tidak banyak berpikir lagi, ia mematikan ponselnya, memasukkannya kembali ke dalam tas. Ia menghempaskan tubuhnya di samping pintu jendela sembari memijit keningnya.

"Sungguh tidak dapat di percaya." Danielle menggerutu, lagi.

"Sedang dalam masalah, ha?" akhirnya Alex memberikan tanggapan yang cukup baik untuk Danielle. Danielle melirik Alex, memposisikan tubuhnya yang kini kembali duduk dengan normal.

"Tidak, aku baik-baik saja."

"Aku tahu kau tidak lagi bekerja di agensi." Danielle membulatkan matanya. Seingatnya, dia belum menceritakan apa pun perihal tentang pekerjaannya. Yang sebenarnya adalah, dia telah kehilangan pekerjaannya. Dia memang telah di berikan dua pilihan, namun sepertinya wanita itu benar-benar memperbaiki hubungannya dengan keluarganya. Walaupun mungkin, Alex sendiri berpikir, Danielle bukan wanita yang mudah dan begitu saja melepas pekerjaan yang selalu menjadi sesuatu yang dia banggakan.

Pekerjaan yang bahkan membuat hubungan keluarganya hancur hanya karena keegoisan semata. Meskipun kini hatinya hancur karena kehilangan pekerjaan, setidaknya dia tidak kehilangan keluarganya. Atau bisa di asumsikan adalah-belum.

Sejauh ini, Alex lah yang selalu dia andalkan. Meskipun Danielle tahu, Alex bisa menjadi seorang yang sangat kejam. Bahkan dia adalah seorang yang sangat membenci dirinya. Ya, Alex sangat membenci Danielle setelah perceraiannya dengan James.

Danielle masih bungkam. Sedangkan Alex tidak lagi menunggu jawaban dari Danielle. Dia tahu, semuanya tampak tidak beres. Danielle kembali begitu saja dengan keluarga adalah bukan hal yang wajar baginya. Dia memang tidak mudah percaya dengan apa pun yang Danielle katakan. Namun, sekuat tenaganya dia mencoba untuk perlahan meletakkan kepercayaannya untuk Danielle. Lagipula, dia sudah berjanji pada Danielle untuk membantunya kembali bersama dengan Meagan dan James. Walaupun dia tidak dapat menjamin hal itu seutuhnya.

Keheningan kembali berlangsung selama beberapa detik. Tidak disangka pula, mereka sudah sampai di halaman sekolah. Danielle tampak gugup. Ini adalah kali pertamanya dia pergi ke sekolah Meagan. Juga ini adalah kali pertamanya pergi ke tempat umum. Hanya satu harapannya-jangan sampai orang-orang di sini mengenalinya.

Alex mematikan mesin mobilnya. Matanya menyipit. Dia memastikan kalau dia memang harusnya menjemput Meagan dengan tepat waktu. Ia memandang kesekitar halaman yang masih tampak sepi. Ia melirik jam tangannya, menurunkan pandangannya. Ia melirik kearah Danielle yang sedang bergegas memakai jaket berwarna hitam, juga snapback hitam. Tawa kecil memecah di bibir Alex. Seketika Danielle menghentikan pergerakannya, lalu memandang Alex dengan cepat. Danielle memundurkan badannya, sembari membulatkan matanya.