Bagian 34

160 5 0
                                    

Judy memandang Alaia dengan tatapan parau. Ia hampiri Alaia sembari mempersiapkan pelukan.

William hanya terpaku melihat keduanya. Pertanyaan muncul dari benak William, mengapa Judy tidak menunjukkan dirinya ketika Sean datang. Mereka saling melepaskan pelukan.

"Aku mendengar suara Sean. Apakah—"

"Tidak apa. Semuanya sudah terjadi. Aku sudah bicara dengannya."

"Aku masih tidak mengerti, mengapa dia datang kemari?" tanya Judy. William melemparkan pandangannya memandang Judy sekarang.

"Ya, aku juga ingin menanyakan hal yang sama." Sorot mata Judy tertuju pada William. Ia masih menamati pandangan itu.

Yang menunjukkan bahwa Judy-lah yang membawa Sean kemari. Yang sesungguhnya dia benar-benar tidak tahu kalau Sean akan datang kerumah Alaia.

Alaia memandang Judy. "Dia datang setelah beberapa menit kau di sini, Jude," sahut Alaia. Judy memundurkan badannya, sembari mendengus. Ia merasakan tamparan yang keras. Seakan Alaia menuduhnya.

"Aku bahkan tidak tahu kalau dia kemari."

"Apa yang sedang kau rencanakan, Jude?" Judy menatap keras William. Dia tak pernah melihat William bersikap dingin seperti ini padanya. Kening Judy mulai berkerut.

"Ap—apakah menurut kalian aku yang membawa Sean kemari? Seolah-olah aku sengaja membuat Sean untuk bertemu Alaia?"

"Judy, aku tidak bermaksud seperti itu..."

"Oh, ya. Aku mengerti maksudmu, Alaia," Judy memekik.

"Judy, aku mohon jangan marah. Aku hanya—"

"Dengar!" Judy memotong perkataan Alaia. "Aku mencoba sekuat tenagaku untuk melindungi semua rahasiamu. Kau pikir aku menyukai hal ini? Uh-uh! Aku benar-benar membenci semua ini. Aku menghargai semua keputusanmu, Alaia. Selama enam tahun, aku mencoba melakukan yang terbaik untukmu. Untuk keluargaku!"

"Hey, jangan membaw-bawa keluarga di sini." William mulai bicara.

"Will! Diamlah!" pekik Alaia. Judy mendengus. "Jangan merasa kau paling lugu, kau tahu betapa mengerikannya melakukan hal ini kepada adikmu sendiri." Alaia mulai tidak mengerti kemana arah bicara antara dirinya, William dan Judy. Alaia melemparkan pandangannya kearah William. Lagi-lagi pertanyaan muncul di benaknya. Seakan Judy mengetahui sesuatu yang selama ini Alaia tidak mengetahuinya.

"Katakan pada Alaia yang sebenarnya, Will!"

"Hey, jangan mengalihkan pembicaraan."

"Apa yang sebenarnya? Judy, aku tidak mengerti." Judy memandang Alaia dengan parau. Matanya sayu, dan air matanya mulai berjatuhan.

"Oh, kau tidak mengerti betapa banyak rahasia yang keluargamu sembunyikan darimu. Dan aku ingin kau menyadarinya kalau keluarga Alex bukan monster yang yang selama ini kau takutkan dan kau benci," suara Judy bergeming, mulutnya bergetar.

Ia menatap William dengan tatapan keji, sedangkan William hanya membuang muka. Alaia memundurkan badannya, menjangkau William yang tidak memperhatikannya. Dilihatnya Judy yang bersiap untuk pergi.

"Jude, tunggu!" Alaia mengejar Judy sampai ambang pintu.

"Jangan lakukan ini padaku! Aku butuh waktu sendiri." Judy membalikkan badannya dengan cepat, tanpa menutup kembali pintunya. Alaia mematung memperhatikannya pergi. Mulutnya tidak lagi bisa memanggil namanya. Ia merasakan kakinya yang begitu lemas. Isakan terus menerus muncul dari bibir Alaia. Kepalanya pening, terasa mencengkram di ubun-ubun.

Alaia masih tidak dapat memproses apa yang baru saja Judy katakan. Apa yang Judy maksud dengan keluarga Alex bukan satu-satunya monster yang selama ini dia benci?

When I'm Gone (Completed) | Love SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang