Bagian 57

129 8 0
                                    

Alaia Dean tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya. Sally dan Daniel akhirnya menikah. Ia menyeka air matanya sesaat Sally dan Daniel mengucapkan janji suci mereka. Sally dan Daniel tampak bahagia. Bersama dengan semua orang yang berada di sana. Tepuk tangan meriah di berikan untuk kedua mempelai sesaat mereka saling berpelukan.

Sally memandang Alaia, mengerlingkan matanya. membuat Alaia hanya tertawa kecil sembari tetap bertepuk tangan. Pesta pernikahan itu berlangsung dengan lancar. Jamuan makan malam pun sedang berlangsung. Sally dan Daniel mulai mendatangi para tamu undangan. Mereka menyapa semua orang yang datang. termasuk Alaia. wanita itu sedang duduk sendiri di meja paling ujung, sembari memperhatikan ke arah danau.

Terdengar Sally yang memanggilnya. Pengantin baru itu, berjalan sedikit kesusahan dengan gaun putih yang menjulur panjang di bagian bawahnya. Alaia menoleh, memandang Sally dengan takjub.

"Ya ampun, Sally. Kau kenapa kemari? Kau tidak seharusnya di sini."

"Hey, aku lah yang harusnya berkata seperti itu! Kau tidak seharusnya di sini, Alaia." Alaia menghela napas panjang, mengembangkan senyuman.

"Apakah kau baik-baik saja?" tanya Sally bernada khawatir. Alaia mengangguk.

Entahlah, Alaia juga tidak tahu bagaimana perasaannya sekarang. ia merindukan seseorang, bukan hanya Alaia. Melihat pernikahan ini, hanya akan mengingatkannya tentang hal-hal yang dulu pernah ia alami sama seperti ini. Alaia terdiam sejenak. Menikmati kembali hamparan pemandangan danau yang luas. Lampu-lampu rustik di samping-samping jembatan kayu membuat suasana menjadi lebih tenang dan terkesan menyenangkan.

"Alaia?"

"Ya." jawab Alaia sembari memandang Sally. wanita itu memegang pundak Alaia.

"Kau baik-baik saja?"

"Ya, Sally. Aku baik-baik saja. Kau tak perlu menghawatirkanku. Aku hanya ingin menikmati pemandangan di sini dulu."

Sally menghela napasnya, memandang Alaia lekat. Ia tak akan memaksa. Memutuskan kembali untuk bergabung bersama tamu yang lain. senang menyendiri adalah bagian dari Alaia, dan tak ada seorang pun bisa mengubahnya. Alaia kembali menatap hamparan danau yang terletak di belakang rumah Sally itu.

Semuanya tampak menenangkan. Seakan danau itu sedang berbicara dengannya. seakan danau itu mengerti tentang perasaannya sekarang. Ya, banyak sekali yang ingin dia ungkapkan. Semua kejadian-kejadian yang menimpanya beberapa pekan lalu, teringat kembali olehnya. Pertengkarannya dengan Alex lah yang paling membekas. Ia belum mendapatkan kesempatan untuk berdamai dengan pria itu. ia ingin melakukannya, namun dia tak bisa bagaimana cara melakukannya.

Alex terlanjur kecewa padanya. Alex sudah tak mempercayainya lagi.

Satu kata pun, tampaknya tidak akan berhasil. Alaia ingin menyerah, namun hati kecilnya mengatakan suatu hal lain. ia merasa, sesuatu sedang terjadi. Sesuatu terjadi dengan begitu rapi, dan saling terikat. Perasaannya begitu kuat akan bagaimana dia bisa memperbaiki hubungannya dengan Alex. walaupun dia masih tidak tahu bagaimana caranya.

"Oh, tuhan! Aku payah sekali!" erang Alaia, menangkup wajahnya sembari membungkuk. Ia dapat merasakan napasnya yang panas, dadanya mulai sesak karena sebentar lagi air mata akan turun melalui sela-sela pelupuknya. Tangannya sudah mulai dingin. Tetesan air mata mulai jatuh. Ia tak dapat menahannya. Terlalu banyak beban, dan dia memutuskan untuk meluapkannya dengan air mata.

Dengan apa lagi kalau bukan dengan air mata? Terlihat cengeng memang. Bagi Alaia itu wajar. Sebagian orang pasti akan melakukannya, hanya untuk membuat hati mereka merasa lebih tenang.

Ponsel berdering dengan keras, Alaia membuka tangkupan tangannya, memperhatikan layar ponselnya. Senyuman merekah di bibirnya. Nama Judy terpampang di layar. Segera ia mengangkatkan, membenarkan suaranya agak tidak terdengar aneh di telinga Judy.

When I'm Gone (Completed) | Love SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang