Bagian 17

228 16 0
                                    

"Dia Mengetahui Semuanya"

Alaia masih menunggu Judy dan Alexa, dengan setia akan duduk di depan rumah, sembari bermain dengan ponselnya. Tidak ada yang membuatnya sibuk, kecuali percakapan tidak penting dengan Daniel dan Sally. Tidak lama, ia mendengar deru mobil yang sedari tadi ia tunggu-tunggu. Ia beranjak segera, ketika mobil sudah masuk ke dalam halaman. Alexa muncul dari balik jendela, mengembangkan senyumannya untuk Alaia.

"Hai, mama!" serunya. Alaia berjalan untuk menghampiri. Judy turun bersama dengan William. Di susul dengan Alexa yang turun dari pintu belakang. Tangan mungilnya telah bersiap untuk memeluk Alaia. Segera ia tangkup tubuh putrinya itu. "Hei, bagaimana kelas baletnya?" Alaia menggendong Alexa, lalu memperhatikan Judy dan William yang sedang berjalan bersama. Dengan William yang membantu Judy membawa barang bawaannya.

"Aku tidak menyangka paman William akan datang," bisik Alexa, mendekatkan wajahnya di depan Alaia dengan antusiasnya. Alexa memang jarang bertemu dengan William, terakhir kali mereka bertemu pun hanya saat acara ulangtahun Alexa yang ke-4. Seterusnya, William bahkan belum berkunjung ke Los Angeles sampai hari ini.

"Ya, mama juga. Apakah kau senang? Kau merindukannya, bukan?" bisik Alaia, sembari sorot matanya memperhatikan William. Lalu menoleh kearah Judy yang berjalan melewatinya, seakan Alaia adalah patung. Alaia meninggikan alisnya kepada William. Bertanya padanya, apa yang sedang terjadi pada Judy. William jelas tidak mengerti-pria itu mempunyai perasaan bergelut juga di dalam hatinya. Entah apakah dia akan memberitahu Alaia atau tidak, sampai saat ini-dia juga masih tidak menyangka.

"Will?" seru Alaia.

"Ya, ada apa?"

"Bisa jelaskan mengapa Judy terlihat..." William menggeleng kepalanya dengan kuat, jelas-jelas ia tidak mengerti. Alaia yang penasaran, meminta William untuk mengambil alih Alexa. Tentu, dengan senang hati pria itu akan melakukannya. Barang kali, dengan bermain dengan Alexa akan membuatnya lebih baik, dan sedikit membuang pikirkan yang hampir tidak karuan.

Alaia mengejar Judy sampai masuk ke dalam rumah. Ia dapati Judy sudah masuk ke dalam kamarnya. Ia mempercepat langkahnya agar ia dapat memegang gagang pintu, sebelum Judy menguncinya. Yap, hampir Judy menguncinya, namun Alaia berhasil membukanya. Membuat Judy hampir terkejut melihat kedatangannya. Judy terlihat celingukan. Matanya tersorot ke penjuru ruangan, lalu menoleh kearah Alaia. menarik tangan Alaia dengan cepat, sampai akhirnya, ia mengunci kamarnya juga.

"Ehmm, kau baik-baik saja?" Alaia memperhatikan wajah Judy yang terlihat sedikit kebingungan dan ketakutan. Judy menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Ia menutup seluruh wajahnya dengan frustasi. Bagaimana dia akan menjelaskan semua ini pada Alaia? Banyak yang harus ia jelaskan. Namun, bagaimana jika Alaia tidak percaya dengan perkataannya? Bagaimana jika Alaia enggan mendengarkan apa yang dia alami hari ini? Semua pertanyaan bayangan itu terus berkeliling di pikirannya.

"Jude? Apakah semua baik-baik saja? Kau tampak-"

"Kacau?" lirik Judy menatap Alaia. "Well-tadinya aku mau bilang kau sangat lelah. Tapi, ya, tidak apa. Kau juga terlihat sangat kacau."

Judy mendengus. Membuat Alaia lagi-lagi harus bertanya. Alaia tetap memaksanya untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi dengan sahabatnya itu. Alaia tidak akan pernah tinggal diam jika melihat keadaan Judy yang seperti ini. Mengingat, dia lah yang menarik Judy ke dalam semua situasi ini. Prinsipnya, dia tidak akan membuat kehidupan Judy tertekan di sini.

"Ya, baiklah, jika kau tidak mau bercerita. Aku pastikan bahwa besok kau tidak lagi mengajar-"

"Bukan! Ini bukan tentang hal itu!" Secepat kilat Judy memotong perkataan Alaia. Ia kembali duduk, sembari memegang tangan Alaia. Wanita itu melirik Judy, sembari meninggikan alisnya. Tersungging senyum puas, karena dia berhasil membuat Judy akhirnya bicara.

When I'm Gone (Completed) | Love SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang