Bagian 61

132 7 0
                                    

"Satu Matcha dingin dengan ice cream vanila di atasnya, datang dengan tepat waktu!" sahut Sally menyodorkan gelas berukuran ramping yang di dalamnya terdapat cairan berwarna hijau pekat dan sedikit kental, bersama dengan satu skon ice cream vanila berdiri dengan cantik di hadapan Alaia.

Alaia terkesiap, melihat Sally dan Daniel yang bersama-sama untuk duduk. Senyum merekah di bibir Alaia. Matanya berbinar-binar melihat minuman kesukaannya itu. Ia meneguk Mathca dingin buatan Sally itu. Sally tidak pernah mengecewakan Alaia.

"Aku tidak menyangka kau akan benar-benar pergi besok," ucap Sally dengan nada bersedih. Sally dan Daniel mempunyai keputusan yang tidak mudah. 

Bekerja dengan Alaia adalah hal terbaik yang pernah mereka jalani sebagai pasangan. Begitu pun juga Alaia. Sally dan Daniel adalah penyelamat hidupnya. 

Tanpa adanya Sally dan Daniel mungkin, dia tidak akan pernah menyelesaikan atau pun membuat toko bunganya berkembang pesat di Orlando.

"Aku tak bisa membayangkan bagaimana reaksi Mrs. Xander dan Mr. Ferguson saat mengetahui bahwa aku tidak lagi mengantar bunga pesanan mereka." Celetuk Daniel yang sesaat membuat Alaia dan Sally saling melemparkan pandangan satu sama lain. 

Sally tidak meragukannya lagi. Mereka mempunyai banyak pelanggan yang sangat baik. Sally dan Daniel pasti akan merindukan mereka semua.

"Oh ya, mereka pasti akan sangat merindukanmu, Dan."

"Ya, benar. Mrs. Xander akan merindukan wajah tampan ini." kata Sally sembari memegang pundak suaminya itu. Sally lantas lekat memandang Alaia seketika ia teringat oleh Alexa.

Ya, gadis kecil itu, entah bagaimana telah melekat di dalam hati Sally. Alexa adalah gadis kecil yang selalu di cintai banyak orang. Dewasa maupun seumurannya.

"Alexa. Aku sangat merindukan makhluk kecilmu itu, Alaia." Alaia terdiam sesaat. Tidak ada hari, tanpa dia tidak merindukan Alexa. Ia membiarkan anak gadisnya jauh dalam waktu yang sangat lama adalah suatu tindak kejahatan baginya. 

Terdengar sangat berlebihan memang. Mengingat, Alaia pun tidak meninggalkannya seorang diri. Tapi, tetap saja—Alexa adalah tanggung jawabnya, bagaimana pun juga.

"Aku akan merindukan bagaimana biasa dia memberitahuku beberapa gerakan baletnya."

"Atau, saat dia sedang bermain ukulele atau gitar." Sahut Daniel.

"Oh, Tuhan! Ya kau benar, sayang. Dia selalu menyanyikan lagu kesukaannya."

"Better Together?" jawab Alaia singkat namun dengan nada lembut. Sally dan Daniel mengangguk bersama, sembari tersenyum simpul. 

Bayangan Alexa yang sedang bernyanyi bersamanya di saat-saat mereka sedang menghabiskan waktu bersama muncul di benak Alaia seketika. Tangan Alaia mulai bermain-main dengan sedotan minumannya, memutar-mutarnya sembari memandang ke arah danau.

Sekali lagi, Alaia memperhatikan Sally dan Daniel. Tangan kanan Alaia menjamah punggung tangan Sally, sedangkan tangan kirinya memegang lengan Daniel. Senyum Alaia merekah, bersama dengan matanya yang mulai berkaca-kaca. Uh, dia membenci saat-saat seperti ini. Dia seharusnya bisa terlihat kuat di hadapan Sally dan Daniel.

"Terima kasih untuk malam ini. Aku seharusnya tidak menganggu kalian."

"Oh, diamlah, Alaia Dean! Berhentilah berbicara seperti itu. Kami sangat bahagia dengan kehadiranmu di dalam hari istimewa kami ini. Aku hanya ingin kau selalu berbahagia, aku tidak mau melihatmu terpuruk lagi. Ujar Sally.

"Kau telah cukup melewati hal-hal sulit. Saatnya untukmu merekah lagi, aku tidak mau melihatmu seperti bunga mawar yang  layu. Aku ingin kau selalu seperti bunga matahari, bunga kesukaanmu." Tambah Daniel.

When I'm Gone (Completed) | Love SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang