Bagian 63

134 7 0
                                    

Alaia turun dari taxi dengan cepat. Ia memutuskan untuk pergi ke toko bunga terlebih dahulu, karena ini masih terlalu pagi untuk membangunkan orang di dalam rumahnya. Ketika hendak melangkah masuk, ia melihat Danielle yang sedang membolak-balikkan badannya, kesana kemari, seperti ia sedang menyiapkan pesanan untuk beberapa orang.

Alaia terdiam, sembari membuka pintu.

"Danielle!" sapa Alaia. Danielle terkesiap sesaat Alaia menyapanya. Ia bahkan hampir melempar penanya kesembarang tempat. 

Ia membulatkan matanya, terlihat senyuman tertahan di bibir bawahnya. Alaia melihat sesuatu sedang Danielle sembunyikan. Alaia meletakkan kopernya, berjalan masuk ke dalam ruangannya.

"Oh, Tuhan! Kau pagi sekali? Aku pasti sangat merepotkanmu."

"Oh, tentu tidak. Kau tidak merepotkanku. Lagi pula kan aku memang bekerja di sini." Danielle mengikuti langkah Alaia. Wajahnya tampak gugup. Danielle mengigit bibir bawahnya sesaat Alaia berhenti untuk memandangnya.

"Ada apa? Ada sesuatu yang ingin kau katakan padaku?" Danielle masih tidak berkutik. Ia meminggang tangan, sembari tersenyum di hadapan Alaia. Danielle menggeleng perlahan, menepuk pundak Alaia lembut. 

"Kau benar-benar terlihat cantik hari ini. ohya, bagaimana pernikahan Sara... dan siapa itu prianya?" Danielle membalikkan badannya dengan cepat, kembali dengan kesibukan yang ia buat sebelum Alaia datang.

Alaia mengikuti langkah Danielle.

"Sally namanya. Suaminya namanya Daniel."

"Oh, ya Sally. Duh, kenapa suaminya namanya sama dengan namaku?" Alaia tersenyum mendengar tanggapan itu. 

"Tidak sama, Danielle." Danielle menoleh sedikit lebih dekat kepada Alaia. 

"Ya, bedanya hanya versi laki-laki dan versi perempuan." Alaia berjalan menelusuri meja kasir, merapihkan kertas-kertas yang sedikit berserakan di atas meja.

Tangannya seketika terhenti melihat kertas resep obat yang sangat ia kenal. Mata Alaia terkunci, dan tersorot di hadapan lembaran resep obat itu. Ia memandang Danielle, walaupun wanita berambut pirang itu tidak sedang memperhatikan Alaia.

Dibalik lembaran itu, Alaia juga melihat surat izin tidak masuk sekolah. Yang bertuliskan dengan nama Alexa Dean. Alaia sontak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Ia tak banyak berpikir panjang. Ia raih selembar resep obat itu, sembari berjalan ke arah Danielle, menunjukkan di hadapan Danielle.

Danielle terkesiap. Matanya membulat. Tak ada tempatnya untuk berlari sekarang. Ia tak akan pernah bisa berbohong dengan Alaia. Mau tidak mau dia harus menjelaskan apa yang terjadi kepada Alaia. Dada Alaia terasa sesak sekarang, ia memegang kening sembari berdecak pinggang.

"Oh, Tuhan!"

"Alaia, maafkan aku."

"Di mana dia di rawat?" tanya Alaia sembari menatap Danielle tajam.

"Alaia, aku tahu kau sangat khawatir dengannya. Tapi, sebaiknya kau menunggu sampai jam besuk di buka. Di sana sudah ada..."

"Danielle, di mana dia?" Alaia menghentikan perkataan Danielle, dengan nada bicara yang sedikit meninggi. Danielle terdiam sesaat. Matanya tersorot ke arah lain beberapa detik, lalu menoleh lagi ke hadapan Alaia.

"Grey's Medical Center Hospital."

Alaia memejamkan matanya, banyak hal buruk yang baru saja tersirat di dalam pikirannya. Namun, ia tak punya pilihan lagi. Ia harus bertemu dengan putrinya, walaupun kemungkinan besar banyak pihak rumah sakit yang akan melarangnya.

When I'm Gone (Completed) | Love SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang