4.5

109K 7.8K 1.5K
                                    


"Aku minta bantuan kamu boleh?"

"As you wish, baby gurl.."

"Aku.." Salma menjeda ucapannya

"..aku.. aku pinjem uang kamu, buat biaya masuk universitas. Kamu-.. kamu bisa buat perjanjian, hitam diatas putih atau apapun itu, biar kamu ga takut aku bawa kabur uang kamu. Jangan pandang aku sebagai mantan pacar kamu atau orang yang kamu suka. Tapi anggap aku Salma, orang lain. Aku bakal setuju apapun yang kamu mau." ucap Salma dengan nada bergetar

"Apapun yang aku mau?" Salma mengangguk

"..kamu bakalan setuju?" Mengangguk yakin untuk kedua kalinya. Entah ini pilihan yang tepat atau tidak, tapi Salma yakin.

"Aku percaya sama kamu van.. please jangan bikin aku kecewa, untuk kali ini." Salma menatap tajam manik mata Revan.

Dan didetik setelahnya, Revan merengkuh tubuh kurus Salma. Tangan salma mencengkram kuat kemeja Revan, menyalurkan seluruh keluh kesahnya.

"Maaf aku lancang, tapi aku tau kamu butuh ini." ucap Revan ditengah pelukan itu. Lagi-lagi hanya Revan yang dapat memahami Salma.

~~~

"Apa harus nunggu kamu minta bantuan biar manggilnya aku-kamu?" ucap Revan di depan rumah makan.

Salma sedikit kaget mendengar ucapan Revan, sambil mengingat apa bener tadi dia manggilnya pake aku-kamu?

"K-kan lagi minta bantuan, ya kali pake lo-gue. Ga sopan." elaknya

"So, lakuin terus."

"Hah?"

"Bergantung sama aku."

"Apaan sih." Salma berjalan menuju mobil menutupi muka merahnya.

"Hey!" Revan menghentikan Salma cepat.

"..tiba-tiba pergi waktu orang lagi ngomong juga ga sopan."

Salma hanya nyengir tak berdosa.
Revan membukakan pintu mobil untuk cewe itu. "..masuk dulu. Aku mau telfon sebentar."

Salma mengangguk menuruti.

"Abis ini ngomong pake aku-kamu atau lo-gue? Aduh gimana??!! Masa aku-kamu ntar dia ngira gue masih ada rasa lagi, eh tapi emang masih sih.. dikit. Tapi kan.. AHHHHH KENAPA SIH GUE HARI INI?!!"

Ceklek

Salma langsung menegakkan tubuhnya ketika Revan memasuki mobil.

"Salma aku minta satu permintaan dari kamu."

"Apa?"

"Manggil pake aku-kamu. Bisa?" Kalo yang minta Revan itu bukan sebuah pertanyaan, tapi sebuah keharusan.

Salma mengangguk samar. Tersenyum dalam diam karena dia tak perlu pusing-pusing lagi memikirkan panggilan untuk Revan.

"Dari pada kamu canggung pake lo-gue lagi mending sekalian."

"Hah?"

Revan menunjuk benda di belakang kaca yang menggantung di atap mobil.

Sebuah alat perekam suara.

POSESSIVE BOY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang