Pendek+aman.
Memang takdir suka sekali mempermainkan kita, entah ketetapan nya seperti itu atau ada yang sengaja merubah nya. Menit sekarang semua baik-baik saja, tapi setelah enam puluh detik semua berantah tanpa arah bisa saja.
Hal yang paling menyebalkan selain men- charger HP tapi lupa di colokan pada stopkontak adalah menunggu. Masih mending menunggu sepuluh sampai dua puluh menit, tapi Sunghoon kurang ajar, menyuruh livya menunggu selama dua jam di tengah cuaca rumpang-rampung.
Katanya Sunghoon akan menyusul livya, tapi kenyataan sampai meet up selesai Sunghoon tak kunjung datang. Malah menyuruh livya tinggal dan mengunggu Sunghoon. Padahal teman-teman lain sudah pulang duluan. Livya menolak tawaran pulang bersama plus di antar sampai rumah dengan selamat. Lebih memilih pulang dengan Sunghoon saja meskipun harus menunggu sangat lama.
Harusnya tiga puluh menit pertama livya memutuskan untuk pulang sendiri saja, tapi takut kalau dirinya pulang- Sunghoon datang. Hingga hujan turun dan notif chat masuk merubah rencana awal ingin menunggu sangat pacar sampai datang. Livya pulang di jemput yeonjun.
"Masih belum bisa di hubungi? " Yeonjun memberikan livya secangkir teh hangat, tubuh kecilnya mengigil karena kedinginan. Dari tadi Sunghoon tidak bisa di mintai kabar, chat yang livya kirim belum di baca, telfonnya tidak bisa terhubung. Kemungkinan ponsel Sunghoon mati atau datanya offline.
"Belum" Rasa khawatir mulai menyelimuti hati, livya kelimpungan dengan keadaan Sunghoon saat ini.
Sudah tanya teman-teman yang lainya, jawaban mereka sama. Tidak tahu. Tapi mereka mengatakan ingin bantu cari Sunghoon dengan melacak keberadaan nya.
" Kok bisa pacaran sama Sunghoon? " Pertanyaan random dari yeonjun, merasa lucu kenapa adiknya punya hubungan istimewa dengan anak dari seseorang yang selama ini membantu keluarga mereka.
"Dia nembak"
"Kok mau? "
"Dia baik, eh nggak. Lebih tepatnya Sunghoon asdfghjkl. Gak jelas kan? "
Yeonjun speechless, livya ini sedang bad mood dan penuh rasa risau tapi masih bisa berkata hal random.
"Dek"
"Hum? "
Yeonjun merubah posisi duduknya. Menaikan kaki ke atas sofa, yeonjun duduk bersila menghadap livya. Menyelipkan rambut yang lebih muda ke telinga. Tatapannya berubah sendu, livya yang dulu yeonjun perjuangkan setengah mati agar tetap sehat sekarang sudah tumbuh seperti gadis pada umumnya, livya pulih. Tapi keadaan tidak benar-benar pulih seutuhnya. Alasan yeonjun pulang hanya ingin menyelesaikan satu masalah kecil.
"Kamu di tolak dua universitas? Mau nyoba masuk universitas mana lagi? "
Livya yang dari tadi melihat ponsel tanpa mengalihkan pandangan seketika menoleh. Kaget kenapa yeonjun bisa tahu, padahal livya tidak pernah memberi tahu sama sekali.
"Kakak? Tau dari mana? "
Yeonjun menaikan satu alis, mengusak rambut livya. "Kamu ciuman sama Sunghoon disini kakak juga tahu"
Malu? pasti!
•••
Pria itu di pegang omongan nya bukan janjinya, baru di nilai dari tindakannya.Sunghoon tahu dirinya telat dua jam menjemput livyaㅡtelat yang tidak ngotak. Tapi bukan berarti livya bisa pulang dengan orang lain. Sunghoon merasa tidak di hargai.
Memparkirkan mobil di halaman kafe, Sunghoon berlari menerobos hujan untuk menemui livya yang masih duduk di dalam-seharusnya.
Sebelum Sunghoon benar-benar menginjakkan kaki di pintu, livya sudah keluar dengan pria berambut merah menggunakan payung. Masuk kedalam mobil.
Sunghoon berdecih, gerakannya terhenti, maniknya menatap tajam tanpa ada pergerakan untuk menghadang. Hujan deras membasuh seluruh tubuh Sunghoon. Dingin, rintikannya terasa sakit menyapa kulit. Sesakit hati Sunghoon sore itu.
Sesampainya di Apateremen, Sunghoon mandi air hangat. Memberi makan kedua anaknya(kucing) baru membuka ponsel yang daya nya baru saja penuh. Spam chat dan telfon memenuhi notifikasi miliknya. Dari livya, Jake, Jay taheyun dan beomgyu. Ah ya. Satu lagi. Shira.
Sunghoon membalas satu-persatu pesan yang masuk. Tapi pesan dari livya, Sunghoon memilih tidak membacanya sedikit pun. Sudah tahu, paling livya hanya menanyakan kemana Sunghoon, kenapa lama?
"Aku udah dirumah"
Menekan fitur pesawat kertas, Sunghoon kembali meletakan ponselnya di atas meja. Kepalanya pusing, dahi Sunghoon panas. Demam.
•••
"Sialannnn..kok tahu sih?! " Livya mendorong yeonjun, membuatnya sampai terlentang di sofa.
"Hahaha.. Kan ada CCTV nya bego! "
Reflek livya menamati setiap penjuru ruangan. Tapi tidak menemukan satu kamera pun.
"Nggak ada! Bohong nih! "
Yeonjun menaikan satu alis, tersenyum jenaka, jari telunjuknya menunjuk ke atas. " Lampu"
"Oh shitttt!! "
Kaki livya Ingin sekali menjijak sang kakak, tapi dua notifikasi masuk membuatnya urung melakukan hal nakal tersebut. Livya segera membuka ponsel.
"Sunghoon? "
"Iya" Jawab livya murung. Merasa tidak puas dengan pesan yang Sunghoon kirimkan. "Aku udah dirumah"
"Ini sunghoon marah ?? " Livya menyodorkan ponsel pada yeonjun. Menerimanya, yang lebih dominan membaca pesan satu persatu.
" Mungkin dia lihat pas kita keluar barenganㅡtapi kan kamu udah chat kalau pulang sama kakak"
Kesalahan Sunghoon kenapa tidak membaca dengan baik.
"Besok pagi-pagi temenin ke rumah Sunghoon, ya? "
"Sure"
Livya membuka satu notif dari jake, kiriman foto, ralat. Screenshot maksudnya.
Jake
•eksekusi bun?
Jake send a picture
Seperti tersambar petir di dalam rumah, mata livya membulat dengan lidah kelu. Tidak salah Sunghoon pergi dengan perempuan lain? Membiarkan livya menunggu selama dua jam di kafe sementara Sunghoon dengan orang lain?
Tersenyum miris, livya meratapi satu kenyataan bahwa: Sunghoon tidak pernah membuat snapgram tentang dirinya. Mungkin ini alasan kenapa Sunghoon jarang mempublikasikan hubungannya. Ada orang lain ternyata. Ada mbak cantik yang di sembunyikan.
Mengenai perempuan itu, livya tidak tahu pasti, tetapi dari perawakannya sepertinya ituㅡShira.
"Kak, besok kita nggak jadi kerumah Sunghoon"
•••