🐾11

3.4K 437 78
                                    

Asli panjang banget ini.

Namanya juga perempuan, kodratnya mudah sekali terbawa perasaan. Di perlakuan baik pasti sudah beranggapan bahwa dirinya istimewa. Jangan bilang lebay atau menyerempet baperan, memang perempuan itu hatinya lembut. Gak setuju sana tanya aja sama pak haji.

"Malam minggu, Sunghoon telpon mama. Bilang gini: mama, besok Sunghoon pulang, tapi bawa pacar. Nanti ajak ngobrol ya. Jangan di diemin, anak nya gampang overthinking kalau di cuekin. Namanya livya. Gitu.. Gemes banget kan livya?! " Mama tertawa kecil, livya tersenyum dengan pipi panas. Itu ucapan mama Sunghoon saat mereka tengah mencuci piring.

"Mama suka livya, baik-baik ya sama Sunghoon. Kalau ada masalah cerita aja sama Sunghoon, dia bakal jagain ivya terus. Meskipun anak nya agak gesrek, kadang sulit di tebak. " Sekali lagi mama terkekeh, berbicara dengan tangan sibuk menata piring di rak. Livya diam tidak bisa berkata-kata. Sunghoon terlihat main-main menjalani hubungan ini, tapi aslinya sangat serius menjalaninya. Benar kata mama kalau Sunghoon agak sulit di tebak.

Livya mengelap licin kaca mobil ayah Sunghoon. Jangan berfikir di rumah Sunghoon livya enak di manja, livya dari pagi sudah bantu mama masak, cuci piring, sekarang bantu ayah cuci mobil. Entah kenapa kesannya seperti babu begini, beda dengan Sunghoon yang kalau di rumah enak-enakan seperti majikan. Memang iya! Tapi nggak gini juga. Jadwal Sunghoon setiap berkunjung adalah bertumbuk dengan sang adik, makan, tidur. Cocok sekali di timbun jadi pupuk biar lebih bermanfaat.

"Terimakasih ya livya, udah mau bantuin ayah cuci mobil! " Tukas ayah girang mendapat bantuan livya, beda sekali dengan kedua anaknya yang nolep. Mau bantu asal ada upah.

"Iya om, Sama-sama" Livya tersenyum lebar, sudah pro soal cuci mobil. Kecil.

"Haha.. Nanti kalau pulang ayah bawain panci yang warnanya pink! Mau nggak?"

Buah jatuh tak jauh dari pohon. Sekarang livya tahu kenapa Sunghoon kadang bertingkah absurd. Ternyata dari gen ayah. Tapi lucu juga.

"Boleh om! " Jawab livya, nada suaranya terdengar bersemangat.

Ayah memandangi livya sendu, bibir ayah tersenyum tipis, memandang livya kasihan sekaligus kagum. Memang benar kata quotes anak remaja, orang yang penuh senyuman adalah orang yang paling banyak tekanan, ayah tidak menyangkal nya.

"Kayaknya udah lama banget ya, livya? " Monolog ayah tiba-tiba. Livya yang lap mobil sampai kinclong seperti gigi heeseung menoleh bingung.

"Padahal saya langsung ingat kamu pas pertama kali masuk rumah. Tapi kayaknya kamu lupa sama saya? "

Alis livya saling bertaut, masih bingung dengan perkataan ayah. Kenapa tiba-tiba sekali. Apa livya melupakan sesuatu? Empat tahun terakhir memang banyak kejadian rumyan yang membuat livya hilang arah. Bahkan livya baru kembali ke dunia gelap ini setelah rehabilitas selama satu tahun.

" Maaf livya, saya datang terlambat waktu itu. " Ayah menarik nafas dalam. Livya diam menunggu ayah melanjutkan ucapannya. Livya merasa seperti orang bodoh.

" Mungkin keluarga kamu tidak akan se-hancur ini kalau saya datang lebih cepat. Ayah dan ibu kamu nggak mungkin meninggal dan kamu nggak bakal kena gangguan psikis."

•••

Lampau.

Anak usia empat belas tahun memang terlalu kecil untuk mengerti masalah orang dewasa, persaingan bisnis terlalu rumit di pahami untuk usia yang bisa di bilang baru menginjak remaja. Tapi kakak livya berbeda, entah kenapa ayah selalu mendidik kakaknya itu keras sekali. Semua pengetahuan di ajarkan, ilmu politik, bisnis, ekonomi, semuanya. Bahkan yeonjun tidak bersekolah umum seperti anak lainya. Melaikan homeschooling sejak umur empat tahun.

boyfie ; SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang