🐾20

2.8K 385 59
                                    

Yeonjun terkejut saat mendapati adik nya pulang dalam keadaan basah kuyup dan wajah merah dengan mata sembab. Tidak ada yang di katakan saat membuka pintu, tidak ada sapaan atau rengekan, livya langsung menubruk dada yeonjun begitu pintu di buka.

"Kenapa livya? Kok bisa pulang kehujanan? Katanya pulang sama beomgyu? Kemana beomgyu? Kamu naik apa tadi? " Tanya yeonjun bertubi-tubi tapi tak satupun terjawab.

"Livya" Panggil yeonjun, sang adik mendongak menatap yeonjun lekat.

"Kakak"

"Kenapa? Mau cerita? "

Livya mengangguk dengan mata berkaca-kaca, ibu jadi yeonjun spontan menepis air mata yang hampir jatuh. Menggeleng pelan.

" Jangan nangis, mandi dulu gih baru cerita. "

Senggol, bacok, mutilasi.

Yeonjun tidak akan segan merenggut nyawa orang yang berani membuat keluarganya menderita seperti ini, sudah cukup dan ini yang terakhir. Nyawa di balas dengan nyawa, kesannya tidak adil, tapi ini konsep setara.

Kalau seperti ini jangan harap oknum penyebab livya menangis masih bisa bernafas besok, genre cerita bisa berubah sesuai mood penulis.

• • •


Duduk bersila di atas tempat tidur, yeonjun mendengarkan cerita sekaligus isakan pelan dari sang adik. Satu hari dengan berbagai macam kejadian di luar kepala membuat yeonjun kehabisan kata-kata untuk berucap. Apalagi saat mengetahui bahwa livya kena tampar. Lebih parah lagi mengetahui satu fakta bahwa Sunghoon main gila di belakang livya.

" Jangan nangis, cengeng" Ucap yeonjun mengejek, membawa kepala livya kedalam dekapan.

" Jadi gini rasanya sakit nggak berdarah. "

"yaa??"

Yeonjun sudah lupa dengan rasa sakit, rasa senang ataupun sedihㅡSemua terlihat monoton di matanya, tapi melihat livya nangis rasanya menyesakkan.

"mungkin karena yang sakit jiwa, bukan raga"

"Aku nggak mau sakit jiwa lagi" Ucap livya pelan, tidak suka bau obat dan ruangan pengap karena itu menyiksa nya. Livya mendusel di dada yeonjunㅡmengusap ingus. "Aku takut kalau gila"

"Nggak akan, nggak lagi. Udah cukup sekali itu aja" Balas yeonjun tersenyum sendu, mengusap kepala livya pelan.

"Lebih sakit yang mana? "

"Hum? "

"Gagal test, di tampar, atau dikhianati? "

"Sakit semua" Jawab livya tanpa pikir panjang.

Yeonjun mengangguk. Tidak ada kata yang keluar setelahnya, hanya suara nafas livya yang terdengar mulai teratur, yeonjun menemani livya sampai tertidur.

"I only have you, only you. If you're lost I will be lost too, if you cry I will eliminate the cause." Monolog yeonjun lirih, mengecup kening livya sebelum beranjak keluar dari kamar.

"Kak.."

Yeonjun yang baru saja menyentuh knop pintu menoleh.

"Kamu belum tidur? "

"Please, don't him"

Yeonjun tersenyum teduh, mengangguk kemudian menutup pintu.

"I'm not promise, livya"

•••


Seperti kesepakatan kemarin, besoknya livya datang kembali di Universitas itu di temani taehyun dan Jake. Hanya berdua karena dua nya lagi tengah ada urusan.

boyfie ; SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang