-hukuman guru-

8 2 0
                                    

Ruang Guru

"duduk" Suruh guru tersebut

Jeva dan Awan sekarang sudah duduk di depan meja guru tersebut dengan perasaan canggung di antara keduanya. Padahal mereka teman dekat dulu namun tidak tau kalau sekarang

"Sekarang ibu mau tanya, kenapa Jeva bisa nonjok Awan? Ibu akan tanya satu-satu. Awan kamu jawab duluan" Ucap guru tersebut

Sambil memegang pipi yg sehabis di tonjok tadi Awan mencoba berusaha menjelaskan, "Saya tidak tau apa-apa bu, Tiba-tiba saya di tonjok sama Jeva" Jelas Awan

Sial anak itu bohong lagi, rasanya Jeva ingin menambahkan pukulan lagi di wajah nya.

"kalau tidak ada masalah apapun, kenapa Jeva memukul mu Wan?" Tanya guru itu lagi

"Mungkin Jeva iri sama saya Bu" Jawab Awan dengan santai

SHITT

"Sekarang giliran Jeva yg ibu tanya, kenapa kamu memukul Awan?" Guru itu pun bertanya sambil menatap Jeva

"yg pertama saya ga suka kehidupan saya di atur sama dia apalagi kehidupan percintaan saya, yg kedua ibu tau sendiri sekarang Nabilah lagi sakit di rumah sakit sedangkan anak ini" Jeva menunjuk Awan "Dia ngatain-ngatain Nabilah, padahal sebelum nya Nabilah ga pernah punya salah sama dia" Jelas Jeva. Jeva menceritakan alasan dia memukul Awan sangat lah tegas karena memang itu lah fakta nya

"Awan kenapa kamu menjelek-jelekan Nabilah?" Guru itu kembali bertanya kepada Awan

"Jeva berubah bu semenjak kenal Nabilah. Nabilah membawa keburukan buat Jeva yg sekarang" Jelas Awan yg membuat Jeva semakin membenci dirinya

"Jeva apakah kamu merasa kamu berubah menjadi buruk? karna hanya diri kamu sendiri yg tau berubah atau tidak" Ujar Guru tersebut

"Tidak. Saya tidak pernah merasa berubah menjadi buruk semenjak kenal Nabilah, tapi saya merasa lebih hidup dengan Nabilah, dia bisa membuat saya berubah lebih ramah dan bisa berinteraksi dengan orang lain" Jelas Jeva

SIAL Sekarang Awan sungguh tak bisa berkata apa-apa lagi

"Alasan kamu bisa di percaya Jeva, tapi perbuatan kamu tadi sungguh tidak bagus, dan ini juga masih di lingkungan sekolah. Awan kamu hanya mendapat kan hukuman ringan saja, sekarang Awan silahkan boleh keluar duluan dan segera ke ruang UKS dan minta untuk diobati"

"Baik bu" Awan pun mengerti dan ia langsung keluar dari ruang guru itu dengan wajah yg menunduk rasanya ia malu sekali di perlakukan seperti tadi dengan Jeva padahal dia lah teman yg sudah lama dengan Jeva

"Sekarang Jeva. Ibu tau kamu membela yg benar cuman cara kamu membela salah. Ibu akan skorsing kamu selama tiga hari. Untuk ulangan kamu akan ikut ulangan menyusul di ruangan ibu, biar kamu bisa fokus" Jelas Guru tersebut

"baik bu" Jawab Jeva pasrah

"Sekarang kamu boleh langsung pulang, soalnya abis ini masih ada ulangan jadi kamu sekalian aja ulangan nya kalau masa skorsing kamu selesai" Ujar guru itu

Jeva tak ingin berlama-lama disitu ia langsung bangkit dan salim kepada guru untuk berpamitan pulang.

Disaat Jeva buka pintu ruang guru tersebut semua warga sekolah menatap nya penasaran. Hingga Jeva berjalan ke kelas untuk mengambil tas pun semua orang masih melihat nya. Jeva merasa biasa aja ia menghiraukan orang-orang itu.

"J lo gapapa kan?" Tiba-tiba ada seseorang yg bertanya pada Jeva

"Syafa? Putri?" Kaget Jeva

"gua gapapa ko" Bohong Jeva sedang berbohong sebenarnya ia sangat rapuh karna tidak bisa ikut ulangan bersama teman-temannya tetapi ia juga tidak mau Nabilah di rendahkan oleh Awan

"lo ko bawa tas?" Tanya Putri

"iya gua lagi butuh istirahat kata guru tadi" Sial sepertinya Jeva banyak sekali dosa ia terus-terusan berbohong

"oh oke, ati-ati ya J" Syafa menepuk pelan bahu Jeva

"gua duluan ya" Jeva berpamitan kepada Syafa dan Putri

Dan di jawab anggukan oleh kedua nya

Di Rumah Sakit

"Loh ini ko di ruangan gada yg jagain Nabilah?" Jeva sekarang sudah berada di depan pintu kamar rawat Nabilah, tapi sesampai nya disana ia tidak melihat siapa-siapa hanya ada Nabilah yg masih terbaring 

Karna ada suster yg kebetulan melewaati ruangan itu akhirnya Jeva bertanya, "Sus, pasien atas nama Nabilah Adista ko tidak ada yg menjaga ya?" Tanya Jeva

"ah iya tadi kakak nya titip pesan sama saya bahwa ia mau pergi keluar sebentar" Jawab suster tersebut 

"saya boleh izin masuk untuk menjaga pasien Nabilah ya sus, saya teman sekolahnya Nabilah dan kakak dari Nabilah sudah mengenal saya" 

Suster itu berfikir sejenak, "Baik nanti saya sampai kan ke kakak nya kalau sudah datang" Ucap suster tersebut

"terima kasih Sus" Setelah mengucapkan itu, Jeva segera langsung masuk ke kamar rawat

Kamar Rawat

"Assalamualaikum" Itulah kata pertama yg Jeva katakan ketika baru saja masuk

Jeva kemudian mendekat ke arah Nabilah yg sedang berbaring itu.

"Maaf" Itulah yg Jeva katakan

Seandainya Nabilah sadar pasti Nabilah akan bertanya 'maaf untuk apa?' 'J kenapa?' 'J gasalah gausah minta maaf' namun nihil Nabilah tidak bisa merespon itu semua

"Aku cuman ngebela kamu dari Awan, dia ngata-ngatain kamu, terus aku marah ke dia dan sekarang aku di skorsing maaf juga aku gabisa kasi tau soal apa tadi di ulangan, tapi tenang ko setelah tiga hari nanti aku bisa langsung ikut ulangan" Jelas Jeva yg entah sejak kapan tangan nya sudah menggenggam tangan Nabilah

"Nanti kelulusan aku serahin semua sama kamu ya Bil, aku mau di kelulusan nanti hubungan kita bisa lebih dari pertemanan,  hikss" Seberapa kali pun Jeva menahan air mata nya namun tetap saja ia akan menangis

"Gua bego gua to*ol" Jeva terus menerus memaki-maki diri nya sendiri

"Kenapa gua ga dari kemaren nyatain perasaan gua, Ayo bil bangun marahin gua pukul gua hikss" Jeva membawa tangan Nabilah untuk memukul kepala nya

'J sabar aku udah maafin, kamu gasalah' Mungkin kalau Nabilah sekarang ada disisi Jeva ia akan membantu menenangkan Jeva

Di tempat lain

"Sus makasih ya udah jagain adik saya, semasa saya pergi" Ya Kakak dari Nabilah sudah kembali dari luar

"maaf ka, tadi bukan saya yg menjaga adik nya" Ujar suster tersebut

"loh berarti adik saya sendirian donk?" Tanya kakak tersebut karna sudah panik

"tadi ada teman dari adik anda datang, untuk menjenguk sekalian menjaga nya" Jelas suster tersebut

"maaf saya tidak bisa berlama-lama, saya izin mengurus pasien yg lain dulu" Lanjut suster tersebut dan langsung pergi

"teman? Syafa? atau" Kalimat terakhir yg menggantung sang kakak langsung pergi ke kamar rawat

Di kamar rawat

Sesampainya tepat di kamar rawat adik nya ia melihat dari pintu kaca itu ada laki-laki yg sedang menangis di samping tempat tidur adik nya, lelaki itu tampak tak asing ia pernah liat kemarin ah ita itu "Jeva"

Tok Tok Tok

Orang yg berada di dalam ruangan itu pun langsung menengok ke arah pintu

-you can call him J-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang