dua puluh lima

3 1 0
                                    

Plak!

"Ini yang kamu dapat dari ambil jurusan ips?!" Tanya tajam pria paruh baya.

"Mau jadi apa kamu! Baru ulangan langsung dapat nilai segini" Ucapnya lagi sambil mengangkat hasil ulangan itu yang tertera nilai 35.

"Deira sudah bapak bilang ambil jurusan IPA atau enggak SMK aja, ips tuh ga nentuin masa depan kamu!"

Deira yang mendengar itu sakit hati, tapi karena sudah terbiasa dia harus terbiasa dengan keadaan orang tua yang tidak mendukung jurusan yang dia ambil, padahal dia sepulang sekolah langsung banting tulang untuk membiayai sekolah adek adeknya.











"Ohhh iya tadi titipan Momi ada sama Deira! plastiknya dibawa kedalem plastik lagi." Ucap Alvaro yang sedang berjalan keluar teras Deira lalu memutar balik untuk meminta plastik tadi yang pastinya dia izin masuk dulu.

Tapi sebelum izin masuk dia mengurungkan niatnya karena mendengar bentakan dari sang ayah Deira.

Dia kudu nunggu suasana membaik atau Deira menghampiri kalo dia sadar plastiknya kebawa.

Kim Alvaro itu mendengar semua bentakan sang ayah Deira.

"Pa,"

"Mau alasan apa lagi kamu! Pulang sekolah bukannya belajar malah ngurung dikamar."

"Dulu kamu sd pintar kenapa semenjak SMP dan SMA jadi bodoh!"

"aku gak tau pak, mungkin aku lagi down belajar."

"Masa kamu down mulu kapan bangkitnya?" Entah lah kalimat ini bermaksud membangkitkan semangat Deira atau sindir sang papa.

"aku udah berusaha bangkit tapi susah." Cicit Deira.

"Itu karena sehun!" Celetuk Ayah Deira, Rocky.

"Kok sehun sih pak? Dia tau hidup Deira aja kagak kenapa bawa bawa nama dia!"

"Lihat! Anak bapak sudah berani membela laki laki yang gak tau dia hidup apa enggak."

"Pak, mungkin untuk saat ini enggak, tapi mungkin untuk kedepan nya mereka akan tau aku hidup dan aku termotivasi karena mereka, aku kerja sana sini karena termotivasi dari mereka pak! Kalo aku ga kenal dia mungkin aku udah jarang balik kerumah." Tutur Deira menahan nangis nya.

"Deira, Kalo sampe bapak liat nilai yang menjelekkan ini lagi, bapak akan urus semua untuk kamu pindah ke SMK ajaa!" Final Ayahnya Deira, Indra.

"Ehm," gumamnya lalu pergi meninggalkan papa nya yang masih berdiri didepannya.

Lagi lagi perdebatan ini muncul lagi, dan tentunya yang disalahkan idolanya dan juga jurusan yang ia pilih.

"Hiks," suara nangis yang tak ingin Deira dengar oleh diri sendiri keluar dari mulut Deira.

"Stop Dei, jangan kedengaran nangis nya." Isak Deira lagi saat merasa suara tangisnya itu kencang.

"huwaaaa!!" malah makin kencang.

Setelah kira kira setengah jam dia mengurung di kamar
dia melihat ada plastik kresek, ya pesanan sang majikan, Mommy Hanna.

"Ehh Plastiknya momi!"

Deira pun berdiri, memperlihatkan keadaan raut wajahnya.
Bisa dilihat matanya menandakan ia habis menangis.

Matanya sembab tapi Diera tetap keluar diem-diem.

Supaya tidak ada yang menanyai 'habis nangis?' saat melihat mata yang menandakan habis dari nangis.

"Ehhhh, Kim mana?" Ujar Deira, karena Deira yakin Kim bakal nungguin soalnya itu isinya hal penting untuk sang momi.

Mendadak FanboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang