bab : 4 - pustaka

8.9K 1.4K 99
                                    

Perpustakaan tidak sepenuhnya hening. Suara jentikan keyboard Jonathan mengisi ruang. Diselingi gerisik kertas yang berpindah-pindah tangan. Sementara Shaka baru saja beranjak menuju bilik penghargaan. Menghampiri gadis yang cukup lama berdiam diri di sana. Termenung menatap deretan piagam dan plakat kejuaraan yang hampir semuanya tertulis nama Aksana Bayu Prahardyatmaja.

"Berapa banyak waktu yang lo butuhin buat belajar semua ini?"

Nadine bersedekap dada. Sekelebat memori lalu melintas di kepalanya.

"Dua puluh empat jam," kalimatnya menggantung, Aksana memandang ke atas, "rasanya masih kurang."

"Kenapa lo nggak minta bantuan adek tingkat aja?"

"Nggak bisa." Aksana membalik lembar buku tebal di tangannya. Menoleh sebentar kepada Nadine yang menatapnya khawatir. "Materi debat ini terlalu kompleks buat maba kaya kalian."

"Maksud lo kita nggak mampu ngerjain itu?" tandas Nadine.

"Gue cuma gak mau membebani kalian, Nad."

"Kita ini tim, Kak. Nggak akan jadi beban kalau kita kerja sama."

"Mungkin juga lo gak tau, Nad." Vokal Aksana melirih. Sepenuhnya mengalihkan atensi dari buku tebal yang dipegang. "Lo bakal dimanfaatin kalau mereka tau lo berprestasi."

Nadine teringat dengan kalimat terakhir Aksana waktu itu. Otomatis mundur selangkah tanpa tahu bahwa seseorang berdiri di belakangnya. Gadis itu terhuyung, nyaris jatuh ketika kakinya tidak sengaja menginjak sepatu lain. Dengan sigap Shaka memegang kedua lengan mungil si
gadis. Memandang datar wajah dengan riasan tipis yang mata bulatnya mengerjap terkejut.

"S-sorry." Nadine langsung menyingkirkan tubuh.

Shaka membuang muka. Membawanya melihat jajaran penghargaan di sebelah kanan. "Aneh. Gue ngerasa familiar sama cowok ini."

"Lo kenal kali," jawab Nadine asal.

Foto Aksana di meja bufet berhasil mencuri atensi Shaka. Diraihnya bingkai foto itu, meneliti cukup lama. "Mungkin."

"Guys! Kalian harus lihat ini," seru Claire dari meja. Membuat keduanya gegas menyusul.

Republikx.co.id, 15 Juni 2020 ㅡ Sudah tidak diragukan lagi! Universitas Dewantara mempertahankan reputasinya sebagai kampus terbaik se-Indonesia dengan memenangkan Indonesia Research & Innovation Fair. "Formula X-57 diharapkan dapat membawa revolusi demi kemajuan pendidikan di Indonesia," kata Aksana.

"Formula X-57?" gumam Shaka.

"Apa lo juga tau soal ini?" tanya Claire pada Nadine.

"Nggak. Sama sekali nggak ada yang tau." Nadine menggeleng dengan kerutan tajam di keningnya. "Coba cari tau, Jo."

Kemudian Jo membuka tab baru di browser-nya.

Tab 4: Formula X-57
Penelusuran Anda tidak cocok dengan dokumen apa pun. Anda juga dapat mencoba penelusuran berikut:
....

Jo bergumam, "Proposal penelitiannya nggak mungkin diunggah di web. Tapi kalau Aksana memang ikut IRIF—"

"—kemungkinan back-up datanya masih ada di BRIN," sambung Shaka.

ARSHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang