bab : 13 - semua tentang kita

6.2K 1.1K 91
                                    

"Lo gak bisa membatasi hak orang lain buat dekat sama orang yang dia suka."

Nadine refleks mundur ketika mendengar suara berat yang datang dari arah lain. Pikirannya mendadak blank. Tidak ada ruang yang tersisa untuk berpikir jernih. Sehingga gadis itu tidak sadar ketika Shaka berderap mendekat, seperti sengaja meraih tangan Nadine, serta menautkan jemarinya.

Tidak ada yang lepas dari pandangan Genta. Kemudian bergulir ke cowok satunya. "Sekarang pertanyaannya, apa perasaan lo masih sama, Nad?"

Situasi apa ini?

"Apa ini kurang jelas?" Shaka mengangkat genggaman tangannya. Benar-benar sengaja.

"Gue rasa sekarang bukan waktu yang tepat buat bahas itu." Nadine merasakan atmosfer di sana mendadak berubah. Gegas ia menarik tangan Shaka.

Tapi sepertinya cowok itu masih berniat meladeni. "Kenapa belum terima kalau lo harus kalah lagi sama gue?"

Nadine memejamkan mata sebentar. Menggigit bibir bawah kuat-kuat. Enggan menerka apa yang terjadi kemudian.

"Karena selalu lo sumber masalahnya!"

Nadine menyadari perbedaan yang begitu jelas dari air muka dan vokal sahabatnya. Selebihnya masih sama. Rambut dibelah samping dibiarkan jatuh hampir menutupi mata, juga sekotak rokok merek mahal yang selalu terselip di saku kaos polonya. Tidak ada yang berbeda.

Sontak Shaka melempar tatapan penuh telisik. "Masalah?"

"Ingat kecelakaan di jalan Diponegoro?" Genta maju selangkah. "Seseorang meninggal di tempat."

Cowok itu melepas tangan Nadine dari genggaman Shaka. Menarik si cewek ke belakang tubuhnya.

"KARENA LO, BAJINGAN!"

Semuanya terjadi secara tiba-tiba. Genta lepas kendali. Kepalan tangannya menumbuk rahang kiri Shaka. Membuat cowok itu seketika terpelanting sekitar satu meter, punggungnya bergesekan langsung dengan semen kasar, dan tulang belikat bekas operasi kecelakaan beberapa bulan lalu terasa ngilu.

Nadine membekap mulut. Tangan kecilnya menarik-narik kaos Genta untuk mundur. "Genta, jangan!"

Namun usahanya sia-sia. Tidak ada yang mau mendengar Nadine bahkan ketika ia berteriak sekali pun.

Shaka melihat cowok itu hendak menghajarnya lagi, jadi ia segera menghindar. Sekuat tenaga berdiri sambil memegangi sudut bibirnya yang berdarah. "Gue masih belum ngerti maksud lo."

Genta tertawa getir. "Lo bener-bener clueless, ya."

Shaka tak menyangkal.

"Aninditha Ginastri." Ludah pahit ditelan paksa. "Orang yang lo tabrak waktu itu-"

"-Mama gue."

___


"Shaka."

Suaranya sayup-sayup. Sirine polisi dan ambulans datang bersahutan. Orang-orang datang berkerumun. Dan hujan deras malam itu membuat keadaan semakin kacau.

Darah menggenang di mana-mana. Pada pecahan kaca yang berceceran, pada pintu mobil, pada aliran air hujan yang terbuang ke selokan dengan tidak ada harga dirinya.

ARSHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang