bab : 11 - ilfiltran

6.4K 1.1K 90
                                    

Sesuai kesepakatan, Shaka dan Nadine bersembunyi di dekat tangga. Sebagai salah satu tempat yang diyakini adalah titik buta untuk menghindari kamera pengawas sekitar gedung rektorat. Sementara di perpustakaan, Jo bertugas memutus sambungan CCTV dan mengintai keadaan.

Sebelumnya mereka melakukan diskusi singkat di perpustakaan, baru mengambil aksi. Meski terdapat sedikit perubahan dalam rencana mereka, yaitu keterlibatan Jo dan Claire yang akan ikut memainkan peran nantinya.

"Gimana di sana?"

Pertanyaan itu terdengar dari airpods di telinga Shaka.

"Aman."

"Bagus. Habis ini bakal ada pergantian shift pengawas CCTV. Kalian punya waktu sekitar,"

Refleks Shaka melirik arlojinya.

"lima menit."

"Cuma lima menit?" Nadine mengulang.

Berpikir waktu tersebut terlalu sedikit baginya untuk menjelajahi seisi ruang rektor.

"Ya, sampai pengawas shift kedua dateng."

"Gue gak yakin itu bakal-"

"Gue yakin." Shaka memotong kalimat Nadine. "Kita bisa mulai sekarang?"

"Tunggu arahan dari gue."

Nadine menggigit bibir bawah atas keyakinan cowok di sampingnya. Sontak menggulir pandangan, perlu menengadah menatap Shaka yang lebih tinggi darinya. Nadine sudah berusaha memahami jalan pikiran Shaka seperti yang biasa cowok itu lakukan padanya. Namun, tidak berhasil. Nadine tidak pernah bisa membaca apa pun.

"Lo bawa kunci duplikatnya, 'kan?"

Si gadis mengangguk. Pandangannya belum beralih dari laki-laki di hadapannya. Entah mengapa, Nadine merasa ada yang berbeda dari Shaka. Jauh dari kata berandal yang selama ini tersemat.

Ia tidak melihat wajah tengil menyebalkan. Melainkan iris kecokelatan penuh intimidasi, kerut samar di antara kedua
alis yang mengisyaratkan cowok itu sedang mempertimbangkan banyak hal dalam benaknya, juga pelipis basah yang ia tebak adalah akibat rasa gugup.

"Sekarang."

Shaka mengamati CCTV di sudut langit-langit lorong, infrared-nya sudah mati, tanda kalau Jo melaksanakan tugasnya dengan baik. Selanjutnya ia bergegas keluar dari persembunyian, memimpin langkah Nadine yang mengekor di belakangnya.

Setibanya di depan pintu, Nadine segera membuka kunci. Sementara si cowok mengomando dari belakang sambil celingukan untuk memastikan kalau tidak ada seorang pun yang menjadi saksi atas aksi mereka.

Nadine langsung menuju meja pribadi sang rektor, begitu pun Shaka mengikuti. Membuka satu demi satu laci dan lemari. Membolak-balik semua berkas. Mencari apapun yang berkaitan dengan investasi rahasia tersebut.

Shaka berkali-kali memotret setiap hal yang menurutnya mencurigakan. Berharap suatu saat temuannya akan berguna. Si cewek melakukan hal yang sama. Memindai setiap berkas yang dia temui dengan rekaman video. Karena mereka tahu, mereka tidak punya banyak waktu.

Tersisa satu lemari belum terjamah. Keduanya bergegas menghampiri. Nadine berusaha membuka pintu logam itu tanpa menimbulkan suara, tetapi sayangnya lemari itu malah berderit saking lamanya tidak dibuka. Mungkin sebentar lagi akan
berkarat.

Namun, yang didapati hanya sebuah buku sejarah dan secarik kertas usang diselipkan di dalam. Karena hanya itu satu-satunya benda di sana, Nadine mengambil dan langsung mendekapnya tanpa repot memeriksanya lebih dulu, mengingat mereka hanya memiliki lima menit untuk melaksanakan aksi.

ARSHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang