Selamat sore saudara-saudari. Mon maap lahir dan batin. Selamat membaca. Jangan lupa vommentnya.
_
_
Istilah prokrastinasi digunakan untuk menjelaskan keadaan di mana seseorang menunda-nunda pekerjaan dengan alasan tertentu. Alasan yang paling umum ada tiga. Pertama karena ingin mendahulukan pekerjaan yang mudah, baru mengerjakan pekerjaan sulit. Kedua karena seseorang ingin mengerjakan sesuatu di saat yang tepat. Ketiga dikarenakan rasa malas.
Dari sekian alasan prokrastinasi yang telah disebutkan, Bobo bisa dikatakan masuk poin terakhir. Beberapa hari ini ia sering menunda pekerjaan karena penyakit moody-nya kambuh. Misal saja pada kasus membeli bahan-bahan memasak dan perlengkapan mandi. Kalau tidak karena nyaris habis, pagi tadi ia tidak akan ke supermarket.
"Kak Bobo terlalu sering menunda pekerjaan. Lihat belanjaan, Kakak! Sekalinya belanja berasa beli buat orang satu RT." Diandra berujar sambil menenteng beberapa tas kain berisi bahan-bahan masakan dan perlengkapan mandi. Dengan cepat ia meletakkannya di dapur. Kemudian membaringkan diri di sofa.
Perempuan berjaket putih itu meluruskan kakinya. Kemudian mengipas-ngipas leher. Ia merasa panas meski AC ruangan nyaris tidak pernah mati.
"Aku capek, mau tidur bentaran. Jangan nyuruh aku! Jangan ganggu! Bye."
Perempuan berkaus hitam itu tersenyum melihat tingkah Diandra. Memang apa yang dikatakan aduk iparnya benar. Hari ini Bobo berbrlanja banyak sekali. Mungkin bisa dibilang membeli untuk dua bulan ke depan. Entah mengapa perempuan bermata indah itu memiliki firasat bulan ini akan terasa sangat sibuk.
DOORR
DOORR
DOORR
"Aduh, aku lupa."
Spontan Diandra menepuk jidatnya. Ia baru ingat janjinya. Perempuan itu berkata pada Xavier akan mengirimi pesan atau menelepon ketika sudah sampai di rumah.
"Kak-Kak. Tahan emosi," pinta Diandra ketika melihat wajah kakak iparnya sudah memerah. Hanya fengan sekali lihat ia bisa menebak bahwa Bobo marah usai mendengar beberapa peluru ditembakkan.
Tidak heran. Ia mendengar bahwa kakaknya sedang sakit. Lelaki itu berjanji akan istirahat penuh. Akan tetapi, nyatanya hari ini malah berolahraga.
"Kemarin pas pulang, Xavier sudah seperti orang sekarat. Lalu sekarang malah mainan pistol? Apa ditaruh di lutut otaknya?" tanya Bobo pada Diandra. Sementara itu, yang ditanya hanya bisa menggeleng. Dia tidak tahu harus menjawab apa.
Dengan wajah berapi-api, Bobo berujar. Perempuan bermata indah itu melepas celemeknya. Kemudian membatingnya asal. Bahkan sampai kerudungnya ikut tertarikpun, ia tidak peduli. Perempuan itu terlanjut naik pitam.
"Kak Bobo tenang. Jangan emosi! Nanti malah darah tinggi."
DOORR
DOORR
DOORR
"Kamu dengar sendirikan, Di?" Kali ini Bobo hilang kesabaran. Tanduk perempuan berbulu mata lentik itu terlanjur keluar.
"LEPAS!"
Dengan segera Bobo keluar. Ia mengambil sekuter listrik di pojok ruangan. Kemudian menuju ke gym dengan kecepatan maksimal.
"Aduh, bisa perang dunia ketiga ini," ujar Diandra sambil menepuk jidatnya. Namun demikian, ia memilih duduk di sofa. Perempuan itu tidak ingin mencampuri konflik.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Romance of Love and Hate
SpiritualHumaira Fatiha (Bobo) telah mengerahkan segenap tenaga untuk meninggalkan Xavier Ghazali dua tahun lalu. Ia memulai hidup sebagai mahasiswi biasa program magister dan membuka bisnis di bidang kuliner. Akan tetapi, seolah langit tidak berpihak padan...