Sayang.
Meski petir menyalang pun kelam menyeruakkan gamang, hati tak akan berbalik arah. Daku bersumpah demi zat yang menjadikan kita rebah pada tanah.Tinta yang kutoreh pada lembarmu, akan menjelma pancarona. Merah yang kuikat di pipimu, akan menjelma cakrawala. Ikhlas yang kau tanam padaku, akan menjelma kereta selamat.
🌿🌿🌿
Bagaimana dunia begitu kejam pada perempuan seperti Bobo yang lembut hatinya? Bagaimana dunia begitu memaksa perempuan sebaik Bobo? Bagaimana bisa orang-orang membuat perempuan semanja Bobo menangis?
"Bapak bilang aku boleh menentukan pilihan untuk tidak menikah dengan Xavier. Lalu kenapa hari ini mereka datang bersama penghulu? KENAPA PAK, BUK?" Bobo menangis. Perempuan itu benar-benar tidak menyangka bahwa dia akan dipaksa menikah dengan Xavier dengan sangat tergesa-gesanya.
"Duduk dulu, Bo! Biarkan bapakmu bicara." Buk Minah berusaha melapangkan hati Bobo. Akan tetapi, sepertinya Bobo sudah tidak bisa dilapangkanlagi hatinya.
"Enggak! Aku butuh kejelasan sejelas-jelasnya."
"Gini, Bo. Pernikahanmu dengan Xavier itu adalah rencana kakekmu dan kakeknya Xavier. Lalu hari dilanjutkan oleh bapak dan ayahnya Xavier. Hari ini, kemarin kakek Xavier tiba dari Inggris dan ingin kalian segera menikah sebelum beliau meninggal," ujar Pak Ahmad pada anaknya. Dia harap Bobo bisa berlapang dada.
"Sedari awal bapak emang gak ngasih pilihan aku untuk memilih suami dan menikah kapan. Apa bapak pikir aku hanya batu yang tidak punya hati?" Mendengar penuturan anaknya, Buk Minah menangis. Perempuan yang biasanya terlihat galak itu hari ini tak berdaya.
"Pak, yang dicintai Xavier bukan Bobo. Bukan Humaira Fatiha binti Ahmad Udin." Kini Pak Ahmad lemas seketika. Lelaki itu menatap anaknya lekat-lekat. Lalu menghembuskan nafas panjang.
"Baik, Bo. Kalau kamu tidak mau, Bapak tidak akan memaksa. Bapak akan batalkan pernikahan ini." Buk Minah seketika itu juga berdiri.
"Gak bisa begitu, Pak. Keluarga ini sudah banyak berhutang budi pada keluarganya Mas Bagus. Saat bapak bangkrut, siapa yang membantu bapak? Saat bapak kena tipu, siapa yang bantu bapak? Apa kita bisa menerima beban mental karena membatalkan pernikahan ini?" Buk Minah berucap pada suaminya. Sementara itu, Pak Ahmad masih diam. Lelaki berjas hitam itu memejamkan matanya sambil mengusap wajah dengan kasar.
Tiba-tiba Buk Minah menghampiri anaknya. Perempuan itu berlutut di hadapan Bobo. Buk Minah yang biasanya memarahi anaknya itu kini benar-benar terlihat lemas.
"Bo, sedari kecil apa pernah bapak dan ibuk memaksakan kehendak padamu? Kami selalu memanjakanmu, memberimu kasih sayang tanpa meminta balasan, merawatmu sampai sebesar ini. Bahkan ketika kamu sakit, bapak dan ibuk rela mati demi kamu. Kami rela menggantikan sakitmu. Kami rela, Humaira. Demi kamu dan Syarif, kami rela menjadikan kepala sebagai kaki dan kaki sebagai kepala. Kalau kamu senang, kami bukan main senangnya. Kalau kamu susah, bukan main kami susahnya." Bobo menangis ketika mendengar ucapan ibuknya. Perempuan itu merasa perih hatinya melihat ibuknya yang seharusnya dia cium kakinya kini malah berlutut di hadapan Bobo.
"Tapi kamu sebagai anak sulung juga tolong mau sedikit saja memikul beban di keluarga ini. Setiap kenyamanan, rasa aman, kenyang, dan semua yang kamu rasakan memang harus ada bayarannya. Tolong, Humaira. Ibuk mohon dengan sangat padamu." Buk Minah mengatupkan tangannya. Perempuan itu bahkan ingin memegang kaki Bobo.
Seketika itu juga Bobo memegang tangan ibuknya. Dia benar-benar tidak tega melihat perempuan yang mengandungnya selama sembilan bulan sepuluh hari ini memohon pada anaknya yang kurang berbakti itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/244859534-288-k782090.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Romance of Love and Hate
SpiritualHumaira Fatiha (Bobo) telah mengerahkan segenap tenaga untuk meninggalkan Xavier Ghazali dua tahun lalu. Ia memulai hidup sebagai mahasiswi biasa program magister dan membuka bisnis di bidang kuliner. Akan tetapi, seolah langit tidak berpihak padan...