4. Rinai di Rumah Xavier

3K 391 59
                                    



Engkau langitku sedang daku bumimu.
Kita adalah sepasang rindu
yang disatukan rinai lewat sendu.

🍃🍃🍃

Sudah Bobo jelaskan, usai menikah tidak ada revolusi dalam hidupnya. Tidak ada pemaksaan, pengekangan, atau perubahan yang signifikan. Dia tidak ingin membahas atau mengungkit perihal nikah. Bobo perlu waktu untuk menata hati dan mengatur ulang rencanayang sudah dia sususn dengan sangat matang.

Selain itu, orang-orang juga tidak berani membahas mengenai Bobo dan Xavier mengingat perempuan itu langsung pingsan usai ijab qabul. Mereka memilih diam dan berdoa supaya Allah memberi jalan terbaik.

Sebagai ganti kesedihannya, Bobo memilih menyibukkan diri dengan cara bekerja toko. Untuk sementara waktu dia ingin fokus bekerja. Bahkan Bobo yang awalnya ingin ke Kalimantan untuk menemui dosennya kini mengurungkan niat.

Bicara masalah pekerjaan, kebetulan kemarin Regi dan Mela meminta izin pada Bobo bahwa hari ini mereka tidak bisa masuk kerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bicara masalah pekerjaan, kebetulan kemarin Regi dan Mela meminta izin pada Bobo bahwa hari ini mereka tidak bisa masuk kerja. Kemudian pukul lima pagi tadi, Rena juga tiba-tiba menelepon bahwa hari ini tidak bisa masuk kerja karena anaknya terpeleset di kamar mandi. Padahal, siang ini ada banyak pesanan kue yang harus dibuat dan diantar. Alhasil, tepat pukul enam tadi, Bobo sudah sibuk berkutat di toko untuk membuat kue. Bahkan hingga nyaris pukul sebelas siang hari, dia masih belum istrirahat kecuali saat salat duha.

"Mbak Maira, udah apa belum kuenya?" Bobo sempat menahan nafas. Perempuan itu fokus menghias dua buah kue tar yang kini ada di hadapannya.

"Bentar, Nas. Dikiiiiiiiit lagi." Perempuan bercelemek putih itu nyaris berlari untuk mengambil krim kue yang habis.

"Ben, seingat saya kemarin baru beli krim. Kok gak ada ya?" tanya Bobo sambil mencari krim di rak. Perempuan itu tampak kebingungan.

"Habis, Mbak. Siang ini kan ada pesanan seratus boks Charlotte, terus udah dipakai Rena kemarin. Niatnya mau beli hari ini, Mbak. Eh Rena malah kena musibah." Bobo mengangguk-angguk mengerti. Perempuan berkemeja biru itu melihat kuenya. Dia harus memikirkan cara tercepat untuk menyelesaikan kue tersebut, tetapi tetap memiliki kualitas sama.

"Nas, minta tolong ambilin stroberi sama jeruk di freezer."

"Oke, Mbak." Inas segera mengambil buah yang tadi disebutkan Bobo. Sementara itu, perempuan berkerudung abu-abu itu kembali menghabiskan krim yang tadi masih tersisa.

"Ben, pesanan yang diurusin Rena harusnya dikirim jam berapa?" tanya Bobo pada lelaki yang kini tengah mengemas kue-kuenya.

"Jam setengah dua belas Mbak paling lambat."

"Acara apaan sih?" Bobo benar-benar tidak tahu pesanan kue sebanyak 100 kotak itu untuk acara apa.

"Itu lo mbak, ada shooting film di daerah Kartasura. Terus kayaknya sekalian ada sponsor buat oleh-oleh khas Solo gitu. Soalnya dia juga pesan bakpia." Perempuan bercelana jins itu mengangguk kembali. Kemudian melihat jam tangannya.

The Romance of Love and HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang